dibiasakan semenjak dini kepada anak.
1. Biasakan dengan memberi contoh
Anak yaitu peniru yang hebat, dan jikalau orang bau tanah mampu memberi teladan yang baik dalam meminta maaf maka anakpun akan menirukan dan terbiasa. Misal, ketika kita tak sengaja menjatuhkan es krim yang sedang dipegang anak, katakan, “Maafkan Mama ya, Mama tidak sengaja menjatuhkan es krim adik.” Begitu juga dengan kesalahan lain yang dilakukan. Dengan demikian dibutuhkan anak terbiasa melihat orang-orang terdekatnya mengucapkan maaf manakala melaksanakan kesalahan.
2. Biasakan untuk menunjukkan penyesalan dengan bahasa tubuh
Dengan mencium, memeluk, menggenggam ketika mengucapkan kata maaf, anak akan mampu mencicipi penyesalan yang mengiringi undangan maaf itu juga akan dicontoh anak ketika orangtua minta maaf dengan bahasa badan ibarat itu. Namun sebagai catatan, tegaskan padanya bahwa pelukan dan ciuman penyesalan hanya boleh diberikan pada papa/mama/kakak/adik, sedangkan untuk teman/saudara/orang lain cukup dengan bersalaman. Bahasa badan juga efektif untuk batita yang komunikasi verbalnya belum lancar sehingga belum mampu mengucapkan kata maaf.
3. Biasakan untuk bertanggung jawab
Selain mengucapkan maaf, minta anak untuk “bertanggung jawab” atas kesalahan yang dilakukannya. Misal : Saat anak tak sengaja mendorong temannya hingga jatuh. mintalah anak untuk minta maaf kepada temannya, dan jikalau temannya terluka, minta anak menyodorkan tisu/plester. Ini sebagai bab dari pembelajaran wacana tanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan.
4. Biasakan untuk memberi penghargaan kepada anak
Setelah anak mengucapkan kata maaf dan acara diatas, janganlah hemat untuk memperlihatkan penghargaan dalam bentuk pujian, seperti, “Wah, adik indah dan cendekia ya, sudah mampu minta maaf.” Hal tersebut sekaligus sebagai penguatan bahwa yang dilakukannya sudah benar dan perlu diulanginya lagi di lain kesempatan.
Semoga bermanfaat dan selamat mencoba!
Wassalam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar