Minggu, 11 September 2016
18 Trik Mendisiplinkan Anak
Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.
Memiliki belum dewasa yang punya kedisiplinan tinggi, memang harapan semua orangtua. Namun, adakalanya orangtua kesulitan "menjinakkan" belum dewasa mereka. Agar pahlawan cilik Anda mau mematuhi segala aturan yang ada di rumah, ikuti 18 trik berikut ini.
Sering kali, orangtua terus berkutat dengan masalah kedisiplinan yang idealnya selalu dipatuhi anak-anak. Orangtua terkadang harus memaksa anak-anaknya untuk disiplin di rumah, menghormati orangtua, bicara dengan nada yang santun, rajin belajar, tidur siang sempurna waktu, yang intinya mengatur semua gerak-gerik Si Kecil.
Namun, harus tetap ingat, kedisiplinan yang Anda maksud tak hanya melaksanakan koreksi pada tingkah laku belum dewasa saja. Tapi juga mengajarkan kepada mereka cara untuk mampu mengontrol dirinya, serta peduli akan lingkungannya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi orang yang berhasil di kemudian hari.
Untuk itu, ada beberapa pendekatan yang dapat Anda lakukan untuk membantu belum dewasa mendisiplinkan dirinya.
1. Tegas
Jika Anda melarang belum dewasa untuk tidak melaksanakan sesuatu, buatlah alasan-alasan yang masuk akal, dengan menawarkan penjelasan dan bimbingan padanya. Anak jaman sekarang pasti tidak akan mau mendapatkan alasan seperti, "Jangan duduk di depan pintu, pamali!" Atau, "Jangan main terlalu sore, nanti diculik Kalong Wewe!" Beritahu alasannya, kenapa beliau tidak boleh duduk di depan pintu atau bermain sore-sore, menjelang malam.
2. Jangan Plin Plan
Pada dasarnya, Si Kecil akan menjiplak apa yang orang cukup umur lakukan. Begitu pun bila Anda dan pasangan bertindak plin-plan terhadap suatu keputusan. Misalnya, Anda tak oke beliau melompat-lompat di daerah tidur, sementara pasangan Anda membiarkannya. Hal ini hanya akan membuat beliau bingung, alhasil beliau jadi mengabaikan ketidaksetujuan Anda. Jadi, buatlah janji keputusan dengan pasangan supaya belum dewasa jadi mudah dalam bersikap.
3. Kompromi
Anak-anak tak selalu mampu mengatasi dan membedakan antara problem yang besar dan kecil. Sesekali, berkompromi dan mengertilah diri mereka. Tindakan kompromi akan membuat belum dewasa menjadi lebih mudah menghadapi problem yang lebih besar nantinya. Misalnya, bila beliau lalai menengok ke kiri-kanan ketika akan menyeberang jalan, lain kali beliau tak akan begitu lagi. Jika Anda keberatan dengan sikapnya, nyatakan dengan jelas. Misalnya, "Berhentilah melempar-lempar mainanmu, Nak!" Tapi, jangan katakan, "Hei, mainannya jangan dilempar-lempar, dong!"
4. Beri Bimbingan
Jika anak Anda mengobrak-abrik buku dari lemari yang ada di ruang keluarga, katakan saja, "Maukah kau berhenti 'bermain' buku? Baca saja, ya di kamarmu?" Jika beliau tak memedulikan perkataan Anda, dengan cara yang lembut namun tegas, Anda mampu membimbingnya ke kamar dan katakan padanya, beliau boleh kembali ke ruang keluarga bila mau mendengarkan kata-kata Anda.
5. Beri Peringatan
Jika anak tahu aturan yang telah Anda buat, pada usia tertentu, Anda hanya perlu bertanya padanya, ketika melaksanakan pelanggaran. Dia akan eksklusif merasa segan pada Anda, alasannya yaitu ada konsekuensi atau sanki yang harus diterimanya segera, setelah pelanggaran dibuat. Jika Anda terbiasa membuat batasan peringatan hingga hitungan 5, kali ini kurangi hingga hitungan ke 3, sehingga anak akan berguru untuk segera mengubah sikap setelah diberi peringatan.
6. Beri Alasan
Jika anak bermain-main dengan benda tajam, Anda tentu harus lebih berhati-hati memperingatinya. Terangkan dengan bahasa yang terperinci dan sederhana, apa yang akan Anda lakukan dan sebutkan alasannya. Misalnya, "Mama simpan pisaunya ya, Sayang, nanti mampu melukai tanganmu!" Atau, "Mama minta kau jangan main air ya, nanti lantainya jadi licin dan mampu bikin kau terjatuh."
7. Jangan Tunda Hukuman
Jika Anda ingin menghukum anak yang tidak disiplin, hukumlah segera setelah Anda tahu beliau tidak disiplin. Jangan hingga Anda menunda memberi hukuman padanya. Sebab, belum dewasa tidak akan mau mendapatkan hukuman beruntun atau mengulangi kesalahan. Berilah hukuman yang mendidik, menyerupai menyapu lantai, merapikan daerah tidur, tidak main play station atau barbie, atau membersihkan kamar mandi.
8. Tetap Tenang
Marah sambil berteriak, membentak, atau menceramahi anak tanpa henti, akan membuat Anda menjadi orang yang melaksanakan tindak kekerasan lisan terhadap anak. Tindakan ini justru mampu merusak rasa penghargaan diri pada anak Anda. Akibatnya, anak jadi tidak memiliki rasa pede di ahdapan orangtuanya.
9. Bertekuk Lutut
Menunduklah ketika berbicara pada Si Kecil, terutama ketika memberi kritikan padanya. Tekuklah lutut Anda atau ambil posisi duduk di hadapnnya, supaya pandangan mata Anda sejajar dengannya. Dengan sikap menyerupai ini, Anda tak perlu merasa khawatir akan kehilangan respek darinya. Justru sebaliknya, beliau akan semakin menghormati dan menghargai Anda sebagai orangtua.
10. Jangan Ceramah
Ajaklah Si Kecil ngobrol dan berdiskusi, dari pada diceramahi panjang lebar. Meskipun tampaknya pernyataan ini tidak bernada keras, seperti, "Sudah berkali-kali Mama bilang ..." Atau, "Setiap ketika kau kok ...", tetap memberi kesan seperti beliau ditakdirkan untuk selalu mengecewakan Anda, apapun yang beliau perbuat.
Cobalah gulirkan pertanyaan-pertanyaan seperti, "Merokok, kan, enggak baik untuk anak-anak, ya?" Atau, "Apakah kau suka bila temanmu mengganggu terus di sekolah, Nak?" Kritiklah sikapnya, jangan salahkan dirinya.
11. Tunjukkan Sikap Positif
Terlalu banyak waktu Anda yang terbuang bila hanya mengkritik sikap buruk Si Kecil. Sebaliknya, Anda jadi kekurangan waktu untuk memberinya kebanggaan atas sikap positifnya. Ada kalanya, sesekali Anda perlu mengucapkan, "Mama senang, lho, lihat kau membereskan mainan dan menyimpannya di daerah semula."
12. Bermain Bersama
Jika sempat, tak ada salahnya Anda meluagkan waktu sebenatr dan ikut bermain-main denganyya. Buatlah permainan bernuansa perlombaan semacam "siapa cepat beliau dapat." Permainan ini akan melatih anak Anda bertindak cepat setelah ada arahan dari Anda, atau yang beliau ucapkan sendiri.
13. Hindari Rasa Jengkel
Belajarlah untuk memaklumi hal-hal yang mampu memicu anak kesal dan jengkel. Umumnya, perasaan tidak nyaman ini dialami belum dewasa ketika beliau sedang kelelahan, ketika Anda terlalu menuntutnya berbuat lebih, ketika beliau lapar, dan ketika beliau sakit. Minimalisasi kondisi-kondisi yang membuatnya tidak nyaman ini untuk mengurangi kejengkelan pada anak.
14. Jangan Menampar!
Tamparan keras yang Anda berikan di wajahnya, akan kuat buruk bagi diri anak, juga Anda. Anak yang pernah ditampar orangtuanya akan merasa lebih menderita, dari pada perasaan tidak dihargai atau depresi sekalipun. Tindakan ini pun sekaligus mampu mengajarkan, secara tidak langung pada anak, untuk menyelesaikan segala problem dengan cara kekerasan.
15. Jangan Menyuap
Jangan membiasakan memberi uang atau hadiah kepada anak ketika Anda memintanya untuk mengerjakan atau melarang sesuatu. Kebiasaan menyerupai ini mampu membuat anak jadi tidak mau mengerjakan atau menghindari sesuatu, bila belum diberi uang atau hadiah.
16. Bersikap Dewasa
Bersenda gurau dengan cara melucu berlebihan, dengan menggigiti atau menarik-narik rambut anak Anda, untuk menunjukkan rasa sayang, merupakan tindakan yang salah. Bersikaplah sewajarnya, sebagai orang cukup umur menyerupai menggenggam tangannya, memeluknya, atau memberi ciuman di kedua pipi atau kepalanya.
17. Hadapi Rengekan
Katakan kepada belum dewasa untuk tidak merengek ketika meminta sesuatu dan tegaskan pula, Anda tidak akan mengabulkan permintaannya bila disampaikan dengan cara merengek atau menangis. Kecuali, bila beliau meminta sesuatu dengan sikap yang manis dan sopan.
18. Contoh Baik
Jika suatu kali anak Anda pernah memerogoki Anda sedang berdebat dengan pasangan tanpa menggunakan kekerasan, beliau akan menjiplak sikap baik itu. Tapi, bila Anda dan pasangan bertengkar dengan saling menghina, memukul, atau berteriak, anak Anda akan menjiplak sikap-sikap buruk itu di kemudian hari.
Dari 18 trik di atas, yang terpenting, Anda harus mengerti terlebih dulu kondisi anak-anak. Berusaha untuk membuatnya menjadi lebih disiplin, tanpa memahami bagaimana dan apa yang beliau lakukan, sama halnya menyerupai menuangkan sirup ke dalam botol tertutup. Dengan kata lain, percuma saja dan hanya akan memperburuk keadaan di kemudian hari.
Hubungan dan komunikasi yang baik dengan anak memang sangat perlu dilakukan. Yang mampu Anda lakukan segera untuk mengatasi masalah ini, yaitu Anda hanya perlu bertanya kepada anak, apa yang bersama-sama terjadi dan mengapa beliau berbuat begitu. Pada beberapa kasus, belum dewasa dapat berterus terang ihwal masalahnya kepada orangtua. Namun, bila beliau tak mau berterus terang, sementara Anda tidak mempunyai cara lain untuk bertindak, tetaplah berpikir positif.
sumber:
http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=15611
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar