Rabu, 03 Agustus 2016

Sayangi Mereka, Mereka Juga Saudara Kita


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Mereka jarang tersenyum bukan alasannya mereka enggan untuk tersenyum. Tapi hidup dan waktu seolah menuntut mereka untuk menghabiskan sebagian besar kehidupan untuk bekerja keras sehingga terkadang mereka lupa bahwa ada waktu untuk tersenyum. Seolah dunia begitu keras menuntut mereka hingga mereka lupa untuk tertawa. Lihatlah teman….bahkan mereka tidak punya waktu untuk tersenyum. Apa mereka lupa cara tersenyum? Atau alasannya mereka tak pernah mendapatkan senyuman, makanya mereka tak tahu lagi bagaimana caranya tersenyum?

Terkadang saya melihat dunia memang terlalu keras pada mereka. Bukan dunia sebagai objek, tapi dunia dengan manusianya. Bagaimana jikalau sesekali kita tidak menghabiskan waktu di tempat-tempat yang indah? Kenapa kita tak meluangkan waktu sejenak untuk memperhatikan mereka? Jika tak mau atau tak bisa membantu mereka dengan materi, tidak ada salahnya juga kita menghargai mereka dengan sebuah senyuman nrimo dari wajah kita. Bukankah mereka juga saudara kita???


Teman,,, andai kita punya waktu untuk memperhatikan kehidupan mereka yang begitu sederhana. Maka kita akan menemukan kehidupan yang begitu indah. Di sana kita sadar betapa lebih beruntungnya kita….
Teman… tidak ada salahnya sesekali kita berjalan kaki sendirian di tengah keramaian sambil memperhatikan lingkungan kita. Cobalah luangkan waktu sedikit saja untuk itu. Sekali lagi, jikalau tak dapat memberi pada mereka, paling tidak kita bisa sadar dan lebih memahami lagi hidup kita.

Aku gembira pada mereka. Mereka hebat. Dengan kehidupan yang begitu keras, mereka tetap bisa menjalaninya. Meski tak tahu dengan apa hidup ini akan dilanjutkan esok hari dan dengan apa perut mereka akan diisi, mereka tetap menanti datangnya mentari pagi. Mereka bilang kalau mereka percaya bahwa selama mereka masih hidup, maka rezeki dari Tuhan akan tetap ada untuk mereka,rezeki akan tetap ada selama mereka masih percaya dan mau berusaha serta berdo’a.

Mereka dengan kesederhaannya selalu bahagia dan bersyukur ketika mendapatkan sejumlah uang. Jika orang kaya yang mendapatkan uang sejumlah itu, mungkin mereka menganggap uang itu tak berarti apa-apa. Tapi mereka tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca ketika mendapatkannya. Mengapa harus ada perbedaan ibarat itu?

Jika si miskin datang ke rumah si kaya, sangat jarang atau bahkan tak akan ada sambutan hangat bagi mereka. Tapi, ketika si kaya yang datang ke rumah si miskin, maka si miskin terlihat begitu menghargai. Seolah mereka didatangi oleh tamu agung di rumahnya. Sekali lagi, mengapa harus ada perbedaan ibarat itu?

Jika suatu ketika si miskin dengan pakaiannya yang tampak lusuh dan kotor terjatuh, maka si kaya tak akan menghiraukan alasannya mungkin bagi mereka tidak akan mengakibatkan manfaat apa-apa bagi dirinya. Yang ada paling hanya akan mengotori pakaiannya, mungkin itulah yang ada di fikirannya. Tapi, si miskin masih tetap berbeda dengan si kaya. Ketika keadaan berbalik, maka si miskin akan tetap membantu. Si miskin begitu penghiba. Hati mereka begitu lembut, sehingga tak bisa membiarkan orang lain dalam kesusahan alasannya mereka tahu bagaimana rasanya kesusahan itu.


Ya Rabb….saudara-saudaraku itu mungkin di dunia tidak seberuntung yang lainnya. Mereka tidak dapat memiliki apa-apa yang mereka impikan. Tapi semoga mereka tetap bahagia dan penuh rasa syukur pada_Mu Rabb..

Ya Rabb…. Sayangi saudara-saudaraku itu. Jangan biarkan mereka jauh dari_Mu. Ingatkan mereka selalu bahwa ada Engkau yang tetap menyayangi dan menjaga mereka. Dan berikanlah selalu semangat bagi mereka.

Ya Rabb… Berikan hati yang lembut pada mereka. Jangan biarkan kerasnya perlakuan yang mereka dapat menjadikan hati mereka ikut keras. Tapi jadikan kekerasan yang mereka terima itu sebagai materi untuk lebih membuat hati mereka jernih melihat segala sesuatu.
Ya Rabb…Jangan biarkan rasa rendah diri melekat pada diri mereka akhir cemooh yang mereka terima. Tapi biarkan rasa rendah hati bersemayam pada diri mereka. Jagalah mereka biar tetap yakin akan kuasa_Mu dan biar mereka tetap beribadah kepada_Mu sehingga mereka dapat bertemu dengan kebahagiaan yang hakiki bersama_Mu.

Mungkin benar bahwa saya tak dapat berbuat apa-apa. Aku hanya seorang anak yang bahkan hingga ketika ini masih bergantung pada orang tuaku. Lalu apa yang dapat saya lakukan??? Ya…kalian boleh mengatakan bahwa saya tak bisa apa-apa.

Tapi mereka tetap saudaraku. Dan sekarang, saya hanya bisa berdo’a untuk mereka semua, di manapun mereka berada. Meski tak tahu apa-apa wacana mereka, yang jelas, satu hal yang sangat saya tahu bahwa MEREKA ADALAH SAUDARAKU……

Maaf jikalau terlintas fatwa bahwa tampaknya saya terlihat lebih berpihak pada si miskin. Tapi, jujur, bagaimana pun juga saya memang lebih menyayangi si miskin. Namun, bukan berarti pula saya membenci si kaya alasannya saya juga tahu bahwa Tuhan tidak pernah membenci seseorang alasannya beliau kaya atau miskin. Hanya saja, goresan pena ini ku buat ketika saya melihat apa yang ku ceritakan ketika ini. Dan bukan berarti hal ini harus terjadi selamanya.
Yang jelas, saya sangat berharap, kaya atau miskinkah, yang terpenting yaitu bagaimana kita menghargai amanah yang diberikan kepada kita…

MAAf jikalau saya terlihat sok tahu. Bukan maksud mengurui alasannya saya sadar bahwa tak pantas diri ini menjadi seorang guru. Jika menemukan kebenaran, maka ambillah. Tuhan selalu menginginkan hamba Nya memperoleh kebenaran alasannya kebenaran itu niscaya hanya dari Nya. Tapi, jikalau hanya ada kesalahan dan keburukan dari tiap untaian kata, mungkin itu alasannya si penulis ini yang tak mengerti apa-apa atau masih terlalu kurang arif memaknai kehidupan… (vivi ardi)

Semoga kita makin peduli, InsyaAllah.
Wassalam

sumber:http://www.resensi.net/sayangi-mereka-mereka-saudara-kita/2010/11/

0 komentar:

Posting Komentar