Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.
Diperlukan cara komunikasi yang sempurna untuk menunjukkan penjelasan selengkap mungkin mengenai apa itu bahaya, bukan hanya sekadar melarang. Ada beragam ancaman yang mungkin bakal ditemui anak di lingkungannya.
Komunikasikan dengan bahasa yang sederhana dan sediakan waktu yang cukup untuk menjelaskannya, jangan terburu-buru. Namun penjelasan dengan kata-kata saja tidaklah cukup, harus disertai pola nyata. Melalui pola itulah anak akan mencar ilmu eksklusif mencicipi sesuatu yang membahayakan dirinya.
Namun, orang renta harus hati-hati dalam memilih pola positif tersebut. Jika membahayakan ibarat panasnya api, tak perlulah ia bersentuhan eksklusif karena dikhawatirkan malah membuatnya cedera dan trauma.
Berikut tips mengenalkan arti ancaman pada anak:
1. Jelaskan kekerabatan sebab-akibat yang mungkin timbul.
Selain dapat membuat anak memahami bahwa sesuatu yang dilarang ini memang dapat membahayakan dirinya, juga sekaligus dapat menyebarkan kemampuan kognitifnya untuk mempelajari kekerabatan sebab-akibat. Dalam mengenalkan api, misal, berikan penjelasan perihal jawaban yang ditimbulkan. "Api ini berbahaya karena panas. Saking panasnya, kalau terkena api dapat menimbulkan luka bakar di kulit. Permukaan kulit akan menggelembung ibarat balon dan berisi air, rasanya perih dan sakit."
2. Ajak anak untuk mencoba langsung.
Untuk lebih memahami rasa panas itu, ajak anak ke dapur. Minta ia memegang pinggiran kompor sebentar atau memegang tempe goreng yang masih panas dan gres saja diangkat dari penggorengan. Cara ini untuk pertanda secara positif akan rasa panas. Sambil memegang pinggiran kompor atau tempe goreng, berikan penjelasan. Contoh, "Coba, deh, pegang pinggiran kompor ini. Panas, kan? Api itu lebih panas lagi." Atau, "Coba pegang tempe yang gres saja Mama angkat. Panas enggak? Panas api kompor itu bisa membuat minyak goreng jadi panas, lo, sampai-sampai makanan mentah jadi matang. Tempe yang Mama goreng tadi masih panas, kan, walau sudah diangkat dari minyak goreng? Jadi, jangan main dengan api, ya... berbahaya."
3. Minta anak mengungkapkan pendapatnya.
Setelah anak mencicipi langsung, minta ia mengungkapkan pendapatnya. Dengan demikian dapat diketahui, apakah si batita sudah memahami atau belum penjelasan yang gres saja disampaikan.
4. Ajari anak perihal pemberian yang harus ia lakukan kalau dirinya mengalami bahaya.
Untuk memudahkan pemahaman si batita, tentunya tak cukup dengan menunjukkan penjelasan tetapi sampaikan pula cara-cara yang harus dilakukan dengan konkret. Umpama, ketika anak terkena pisau. Praktikkan cara membersihkan lukanya berikut cara menunjukkan obatnya serta cara membalutnya kalau perlu. Dengan demikian, ketika tak ada yang mendampingi dan si batita nekad mencoba-coba, ia sudah bisa menolong diri sendiri. Tak perlu ragu anak tak akan bisa melakukan, karena si batita sudah semestinya bisa menolong dirinya.
Semoga bermanfaat, wassalam
sumber: Utami Sri Rahayu.
Foto: Iman/nakita
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar