Selasa, 26 Desember 2017
Pahami Gaya Berkomunikasi Batita
Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.
Bukan hal mudah untuk berkomunikasi secara efektif dengan anak. Komunikasi merupakan penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain, baik secara ekspresi (kata-kata) maupun nonverbal (gerak atau simbol).
Komunikasi dikatakan efektif jikalau pesan itu bisa dipahami oleh penerima. Komunikasi yang tidak efektif ditandai dengan pesan yang tidak nyambung, atau si peserta salah memahami pesan itu. Kasandra Oemarjadi, Psi., dari agen konsultasi Kasandra Persona Prawacana, mengatakan ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam hal berkomunikasi dengan anak batita:
KEMAMPUAN USIA BATITA
Kemampuan berbicara merupakan keterampilan mental-motorik. Dengan kata lain, bicara tidak hanya melibatkan fungsi otot bicara dan sekumpulan suara saja, tapi juga melibatkan fungsi mental adalah memahami arti dari suara yang dihasilkan. Inilah banyak sekali kemampuan berkomuikasi yang ditunjukkan anak batita:
* Bicara membeo.
Jika anak usia ini sering menggandakan kata yang diucapkan orang remaja atau anak lain ibarat halnya seekor burung beo, itu karena beliau gres bisa menggandakan suara tapi belum memiliki kemampuan mental komunikasi.
* Paham benda dan fungsinya gres secara konkret.
Misalnya gelas untuk minum atau pulpen untuk menulis. Ia belum bisa memahami kata-kata ajaib ibarat tanggung jawab atau stres.
* Perbendaharaan kata terbatas.
Anak batita awal atau pertengahan (12-18 bulan) malah mungkin belum bisa berkata-kata sama sekali. Itulah sebabnya, komunikasi yang kerap dilakukan anak usia ini bersifat nonverbal.
* Berperilaku tak terduga.
Keterbatasan si batita berkomunikasi secara ekspresi memunculkan banyak perilaku tak disangka-sangka. Misalnya melaksanakan protes dengan cara mengganggu orang tuanya yang sedang membaca koran karena sibuk sendiri dan tidak memperhatikan dirinya.
* Daya tangkapnya belum sebaik anak prasekolah atau sekolah.
Tak heran banyak anak galau ketika mendapat larangan maupun perintah yang merupakan membuktikan beliau belum mengerti secara utuh ucapan orang tuanya.
* Meski sudah bisa bicara, bukan berarti sudah paham benar arti dan penggunaan kata-kata. Contohnya, "bola" bukan sebagai bola yang bentuknya bundar saja, melainkan untuk semua mainannya. Atau menyebut "teh" untuk semua minuman.
* Hanya bisa menangkap pesan-pesan singkat.
Agar anak tidak bingung, orang renta harus membatasi diri pada ungkapan "ya" sebagai tanda baiklah dan "tidak" sebagai larangan.
Semoga bermanfaat, wassalam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar