Rabu, 20 Desember 2017

Dampak Negatif Mengancam Anak

Assalamaualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Mengancam supaya anak patuh yakni salah satu bentuk paksaan yang identik dengan sikap otoriter. Tentunya sikap ini sangat tidak dianjurkan dalam mendidik anak. Anak yang terdidik dengan contoh didik adikara akan tumbuh dengan kepribadian hasil bentukan orang bau tanah alias tidak natural. Akibatnya mungkin saja potensi anak yang lain, yang bergotong-royong bisa menjadi besar, malah terpendam begitu saja.

Selain itu, kepatuhan anak ketika melaksanakan apa yang diminta pun bukan alasannya yakni kesadaran melainkan alasannya yakni ketakutan yang muncul dalam dirinya. Alhasil anak tidak memahami alasan dari segala sesuatu yang harus ia lakukan. Seperti anak mandi alasannya yakni beliau takut didatangi polisi.

Bentuk-bentuk bahaya menyerupai ini, kata Any Reputrawaty, Psi., dari RS Persahabatan, Jakarta Timur, menyebabkan banyak dampak negatif pada anak, antara lain:

* Tidak mencerdaskan
Ancaman tidak membuat anak mengerti perihal apa yang harus beliau lakukan. Padahal mandi yakni acara membersihkan badan dari kotoran dan keringat yang bila dibiarkan membuat tubuhnya tidak nyaman. Dengan mandi anak bisa kembali bugar, sehat, sehingga bisa beraktivitas lebih baik. Nah, bila perintah mandi dibarengi dengan bahaya tentu hal ini tidak akan mencerdaskan anak. Dia mematuhinya semata-mata alasannya yakni takut bukan alasannya yakni tahu alasan yang sebenarnya.

* Membangkang
Jika kepatuhan anak dilandasi rasa takut terhadap ancaman, maka di ketika sumber ketakutan itu tidak ada, kepatuhannya sangat mungkin berganti dengan ketidakpatuhan. Saat ia
hanya didampingi pengasuh misalnya, sangat sulit memintanya melaksanakan acara rutin, menyerupai mandi, makan, dan beristirahat. Berarti apa yang selama ini dilakukan tidak berjalan efektif.
Tak jarang anak mencari alternatif pelepasan emosinya di daerah lain. Bila di rumah tidak bisa, mungkin beliau akan melakukannya di playgroup, di rumah tetangga, di rumah nenek, dan lainnya, dimana beliau tidak menemukan sosok orang tuanya.

* Hubungan dengan orang bau tanah tidak lekat
Ancaman seringkali sangat seram buat anak. Apalagi bila mimik yang ditunjukkan orang bau tanah tampak begitu mengerikan. Dampaknya, mungkin saja anak merasa orang tuanya sendiri yang menjadi ancaman. Bila ini terjadi tentu akan sangat merugikan anak. Orang bau tanah sebagai pihak yang seharusnya paling erat dengan anak, menawarkan pengasuhan, pendidikan dan sumbangan justru menjadi sumber ketakutannya. Tentu saja, kondisi ini membuat kekerabatan anak dengan orang bau tanah renggang.

Bisa juga terjadi sebaliknya, anak semakin lekat dengan orang bau tanah alasannya yakni bahaya membuat anak merasa lingkungannya sangat tidak aman, ada genderuwo, ondel-ondel, orang gila, anjing galak, dan sebagainya. Tak mustahil anak akan selalu mengekor ke mana pun orang bau tanah pergi.
Makara kelekatan yang tumbuh merupakan bentuk ketergantungan yang didasari perasaan tidak aman.

* Penakut
Ketakutan yang sering dialami anak, mungkin saja akan membentuk langsung yang penakut. Anak selalu merasa tidak aman alasannya yakni ada bayang-bayang bahaya yang selalu saja terngiang di telinganya. Ketakutan yang berlebihan ini tentu akan menghambat pertumbuhan kreativitas anak alasannya yakni beliau tidak bisa menyebarkan kemampuannya secara optimal.

* Berpikir negatif
Seharusnya, anak didorong untuk memiliki konsep yang faktual terhadap hal-hal yang memang positif. Polisi misalnya, seharusnya tidak ditakuti alasannya yakni peran utamanya justru melayani masyarakat. Demikian juga dengan ondel-ondel dan badut, meskipun bentuknya mungkin terlihat gila bergotong-royong mereka diciptakan untuk menghibur, tidak layak untuk ditakuti. Namun alasannya yakni pembentukan citra negatif lewat bahaya dilakukan terus-menerus maka konsep berpikir anak mengenainya pun akan negatif.

Semoga bermanfaat, wassalam.
-------------------------------
sumber: nakita

0 komentar:

Posting Komentar