Rabu, 15 November 2017

Melatih Karakter Anak Sejak Usia Dini

dr anak.com  


Melatih Karakter Anak Sejak Usia Dini




Kawan, jikalau saya ditanya kapan sih waktu yang sempurna untuk menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang? Maka, jawabnya yaitu dikala masih usia dini. Benarkah? Baiklah akan saya bagikan sebuah fakta yang telah banyak diteliti oleh para peneliti dunia.

Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak mendapatkan dan menyerap banyak sekali macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age).

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh spesialis Perkembangan dan Perilaku Anak dari Amerika berjulukan Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan bisa menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk berguru dan berhasil dalam pekerjaannya.

Nah, oleh sebab itu, kita sebagai orang renta hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk menunjukkan pendidikan abjad yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang. Kita sebagai orang renta kadang tidak sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak. Misalnya, dengan memukul, menunjukkan pressure yang pada hasilnya mengakibatkan anak bersikap negatif, rendah diri atau minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada hasilnya karakter-karakter tersebut akan dibawanya hingga ia dewasa. Ketika cendekia balig cukup akal abjad semacam itu akan menjadi penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya. Misalnya, tidak bisa menjadi seorang public speaker gara-gara ia minder atau malu. Tidak berani mengambil peluang tertentu sebab ia tidak mau mengambil resiko dan takut gagal. Padahal, jikalau ia bersikap positif maka resiko bisa diubah sebagai tantangan untuk meraih keberhasilan. Anda oke kan?

Banyak yang mengatakan keberhasilan kita ditentukan oleh seberapa jenius otak kita. Semakin kita jenius maka semakin sukses. Semakin kita meraih predikat juara kelas berturut-turut, maka semakin sukseslah kita. Benarkah demikian? Eit tunggu dulu!

Saya sendiri kurang oke dengan anggapan tersebut. Fakta membuktikan, banyak orang sukses justru tidak mendapatkan prestasi gemilang di sekolahnya, mereka tidak mendapatkan juara kelas atau menduduki posisi teratas di sekolahnya. Mengapa demikian? Karena bergotong-royong kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan otak kita saja. Namun kesuksesan ternyata lebih mayoritas ditentukan oleh kecakapan membangung kekerabatan emosional  kita dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh ditinggalkan yaitu kekerabatan spiritual kita dengan Yang Mahakuasa Yang Maha Esa.

Tahukah anda bahwa kecakapan membangun kekerabatan dengan tiga pilar (diri sendiri, sosial, dan Tuhan) tersebut merupakan karakter-karakter yang dimiliki orang-orang sukses. Dan, saya beritahukan pada anda bahwa abjad tidak sepenuhnya bawaan semenjak lahir. Karakter semacam itu bisa dibentuk. Wow, Benarkah? Saya katakan Benar! Dan pada dikala anak berusia dini-lah terbentuk karakter-karakter itu. Seperti yang kita bahas tadi, bahwa usia dini yaitu masa perkembangan abjad fisik, mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Pada usia dini inilah, abjad anak akan terbentuk dari hasil berguru dan menyerap dari perilaku kita sebagai orang renta dan dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembang mental berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh sebab itu, lingkungan yang positif akan membentuk abjad yang positif dan sukses.

Lalu, bagaimana cara membangun abjad anak semenjak usia dini?

Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 kekerabatan yang pasti dialami setiap insan (triangle relationship), yaitu kekerabatan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan kekerabatan dengan Yang Mahakuasa YME (spiritual). Setiap hasil kekerabatan tersebut akan menunjukkan pemaknaan/pemahaman yang pada hasilnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk kekerabatan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak semenjak usia dini, salah satunya dengan cara menunjukkan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih bisa untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara eksklusif atau secara halus, dan seterusnya. Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan abjad anak. Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan abjad sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan yaitu membangun kekerabatan spiritual dengan Yang Mahakuasa Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Yang Mahakuasa YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.
Nah, sekarang kita memahami mengapa membangun pendidikan abjad anak semenjak usia dini itu penting. Usia dini yaitu usia emas, maka manfaatkan usia emas itu sebaik-baiknya.

Salam
Timothy Wibowo

salam 
dr anak

0 komentar:

Posting Komentar