Minggu, 12 November 2017

Masih Adakah Dunia Anak Kita Sekarang?

Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Dulu semenjak kita kecil, sangat marak lagu bawah umur yang di sajikan TV (dulu gres ada 1 stasiun TV: TVRI). Bu Kasur, Pak Kasur, Papa T. Bob, dll merupakan pengarang lagu bawah umur yang sangat kreatif dan mendidik. Seperti: Bintang kecil, di langit yang biru….... Lagu itu mengajarkan anak perihal pengetahuan isi alam.

Contoh lain: Cicak-cicak di dinding… rahasia merayap…. ada seekor nyamuk, hep lalu ditangkap. Lagu itu sekilas ga ada maknanya, namun kalo kita nyanyikan di depan balita, kabarnya akan sangat membantu kecerdasan motorik dan membuat ia ketawa atau senyum alasannya ada kata: hep! Dengan intonasi tinggi, sehingga si kecil jadi tertarik. Belum lagi lagu itu mengenalkan perihal jenis binatang cicak yang hidupnya di dinding-dinding rumah dengan merayap… dan seterusnya. Pokokya, banyak deh lagu bawah umur dulu yang sarat muatan pendidikan.

Tetapi sekarang bawah umur kecil sudah dengan lantang menyanyikan lagu-lagu dengan tema perselingkuhan. Bayangkan ada anak usia 7 tahun yang dengan mantapnya menyanyi lagu dengan syair, “Jadikan saya yang kedua, buatlah diriku bahagia” ya tiba-tiba aja lagu-lagu bawah umur menghilang, digantikan dengan lagu-lagu remaja dengan syair yang juga pastinya tidak pas dan tidak pantas buat anak-anak.

Dahulu kita mengenal penyanyi bawah umur ibarat Tasya, setelah sebelumnya ada Trio Kwek-kwek, Melissa, Chikita, Meidy.., Sherina, dan lain-lain. Lagu sherina terakhir yang cukup bagus yaitu andai saya tlah dewasa. Tapi sayangnya setelah mereka besar tidak ada pelanjut yang meneruskan, maka sekarang bawah umur mengakibatkan Matta, Ungu, smash, nidji, boys & gir bandsebagai idola baru. Akibatnya, banyak anak kecil yang hafal syair lagu orang dewasa, minimal mereka tahu reff lagu-lagu remaja yang lagi ngetop. Anak kecil umur 2,5 tahun dah hafal lagunya band MATTA…. Oo… kau ketahuan, pacaran lagi! Mereka sangat hafal lagu: BCL, Ungu, Letto, Nidji, Samson, Peterpen, Mulan Jameela, Maia and Friends, dll….. Lebih prihatin lagi, banyak orang bau tanah mereka justru besar hati kalo anaknya mampu nyanyi lagu-lagu orang dewasa. Sungguh ironi yang menyedihkan

Memang ketika ini ada jadwal yang menyaring bintang-bintang gres dari dunia anak. Tetapi sangat disayangkan, semua itu hanya berbau bisnis. Maka bawah umur kembali dipaksa untuk tampil menyanyikan lagu-lagu bertema remaja yang parahnya agresi dan dandanan panggung mereka coba diubahsuaikan dengan ban-band remaja tersebut. Begitu duka melihatnya ketika bawah umur kehilangan gaya spontannya, mereka telah diatur selayaknya robot.

Selain hilangnya lagu-lagu bawah umur juga kehilangan tontonan yang mendidik. Dulu banyak acara-acara bawah umur yang mendidik ibarat film si unyil. Sekarang tidak terang mana tontonan untuk orang remaja dan mana yang untuk anak-anak, malah ada jadwal untuk anak yang bagus, tetapi bukan dari Indonesia, yaitu Upin Ipin. Maka tidak heran ketika tontonan smackdown yang sejatinya tidak layak di tonton oleh anak-anak, menjadi tontonan favorit. Yang menyedihkan,ketika apa yang mereka tonton dari tayangan tersebut mereka tirukan dengan kawan-kawan sekolahnya yang menyebabkan banyak jatuhnya korban baik yang meninggal maupun yang hanya cedera.

Fenomena ini tolong-menolong tidak baik dan harus segera di cari solusinya. Sebetulnya kalau mau jujur masa kanak-kanak yaitu masa-masa pembentukan dan perkembangan diri seorang manusia. Apa yang dialami di dunia bawah umur akan mengendap dalam otak bawah sadarnya biasanya akan terbawa dan mensugesti pembentukan masa depannya. Ya, bawah umur yaitu peniru yang baik. Seperti dalam tayangan sebuah iklan televisi, mereka akan cepat menirukan apa yang mereka lihat

Dulu sekali, ketika TVRI masih satu-satunya stasiun televisi di negeri ini, tidak banyak bawah umur yang menghabiskan waktunya di depan televisi. Mereka lebih senang berkeliaran di lapangan bola, main mobil-mobilan di lapangan, atau bernyanyi-nyanyi kecil di bawah sinar purnama (oh indahnya). Mereka bermain bersama-sama, tertawa, dan tidak jarang pula bertengkar. Keadaan sudah berubah kini, sudah lain sama sekali. Saat ini, bawah umur lebih banyak menghabiskan waktunya di depan televisi, entah itu menonton film atau bermain playstation. Petak umpat, galasin, tok kadal, dan permainan bawah umur lainnya kini mulai hilang (khusus di Jakarta, saya tidak tahu di kota sobat lainnya), mulai jarang ditemukan lagi (bahkan mungkin sudah punah).

Kini teknologi menggantikan itu semua Aneka produk permainan, mulai dari Nintendo, playstation, x-box, sampai game-game PC merebak dipasaran. Semuanya menggiurkan dan tentunya mengasyikan. Namun dampak dari game-game tersebut rupanya banyak dikhawatirkan orang. Terutama pengaruh game tersebut pada perkembangan psikologis anak.

Belum lagi godaan dunia maya yang sangat ampuh. Dimana filterisasi sangat tipis. Hingga banyak conten-conten yang seharusnya miliki orang dewasa, menjadi tontonan sekaligus tuntanan bawah umur sekarang Banyak orang bau tanah yang mengeluhkan anak mereka yang sering lupa waktu. Mereka jadi sulit perintah, sulit disuruh dan selalu menunda-nunda peran sekolah. Mereka banyak tumbuh menjadi makhluk-makhluk individualis yang jarang bermain keluar dan bersosial dengan bawah umur lainnya
Anak-anak seharusnya memang dibiarkan bermain bebas bersama kawan-kawannya.

Karena dengan begitu mereka akan berguru bersosialisasi, beradaptasi, dan berguru memahami bahwa di luar sana aneka macam perbedaan yang harus mereka terima. Juga semoga mereka menyadari bahwa hidup tidaklah sesempit ruang kamar dan layar televisi. Tidak hanya itu, mereka juga harus berguru untuk bekerja sama dengan kawan-kawannya.

Yuk, kita temukan dunia anak kita yang sejati dengan terus membimbing dan mengarahkan anak kita sesuai dengan dunianya yaitu dunia anak kita!

Semoga bermanfaat, wassalam :)

0 komentar:

Posting Komentar