Minggu, 22 Oktober 2017

Tidak Belajar, Tapi Prestasi Sekolah Memuaskan?

Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

“DEK, nggak belajar, ada PR, kan?” Lain hari, “Besok ada ulangan kan? Kok nggak belajar?” Sampai pada suatu waktu, “Dek, Mama lihat kok kau nggak pernah berguru sih!”.

Tak sedikit orangtua dibuat galau dalam menghadapi si kecil yang ‘tidak mau’ belajar. Tapi yang lebih membingungkan, biarpun tidak belajar, nilai-nilai yang diperolehnya memuaskan dan prestasinya di sekolah cukup membanggakan. Kok mampu ya? Kapan ia belajar?

Jangan tambah galau Moms, mampu saja si kecil ‘penganut’ gaya berguru auditori. Kalau masih bingung, nggak ada salahnya Moms menyimak pembahasan di bawah ini.

Tiga Gaya Beda Cara

Perlu diketahui, ada tiga karakteristik cara berguru anak, yaitu auditori, visual dan kinestetik. Cara berguru auditori berguru dengan mendengar. Anak yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga.

Cara berguru visual berguru dengan cara melihat. Anak bergaya berguru visual, yang memegang peranan penting yakni mata / penglihatan. Dan yang terakhir yakni cara berguru kinestetik berguru dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh.

Mendengar dan Menyimak

Khusus untuk gaya berguru auditori, anak memang lebih mudah menangkap materi pelajaran dengan mendengar dan menyimak apa yang guru jelaskan. Dan inilah yang kadang menjadi kesalahpahaman para orangtua. Karena, mereka seringkali melihat si kecil tidak pernah berguru ketika di rumah.

Menurut Barbe (1998) dalam bukunya Growing Up Learning: Identifying and Teaching Children With Different Learning Styles, anak dengan gaya berguru auditori yakni bawah umur yang aktif berbicara, mungkin ia menganggu teman-temannya di kelas alasannya membaca buku dengan keras dan berpikir ia sedang membaca sendiri;

Ia kerap mengulang-ulang kata gres yang ia pelajari;
Ia aktif bertanya dan tidak mudah puas dengan tanggapan “tidak tahu” alasannya ia akan terus bertanya;
Emosinya mudah dikenali dengan bunyi yang makin keras atau cara ia memecahkan masalahnya dengan mencari sahabat berbicara;
Mungkin ketika sedang mengerjakan sesuatu ia menyenandungkan lagu, ia bergumam sambil bermain;
Suka berbicara tapi sering tak tabah jikalau harus mendengar orang lain bicara.

Bila Moms menemui gaya berguru si kecil menyerupai itu, berarti si kecil memiliki gaya berguru auditori.

Plus-Minus Belajar Auditori

Prinsipnya, setiap gaya berguru ada kelebihan dan kekurangannya. Seperti halnya gaya berguru auditori. Pada gaya berguru ini, anak cukup mendengarkan untuk memahami apa yang diutarakan oleh guru. Selain itu, Moms juga cenderung lebih mudah mengetahui bila si kecil mengalami masalah, alasannya ia akan eksklusif membicarakannya.

Namun sayangnya, gaya auditori ini dianggap mengganggu teman-teman di kelasnya, alasannya anak aktif berbicara, apalagi ketika guru sedang menunjukan atau menjelaskan pelajaran. Tak hanya itu, si kecil mungkin akan mengalami kesulitan ketika dirinya diminta membaca buku-buku pelajaran yang hanya berisikan tulisan.

Anak dengan tipe auditori akan lebih mudah memahami bacaan yang mengandung dialog antartokohnya, jikalau ada yang menemaninya membaca atau jikalau ia membaca dengan bersuara cukup keras sehingga dapat ia dengarkan sendiri.

Walaupun anak cepat memahami dengan apa yang sudah didengarnya, tidak ingat atau lupa mungkin saja terjadi. Nah, untuk anak dengan gaya berguru menyerupai ini, Moms mampu memintanya membuat catatan kecil berisi hal-hal/poin-poin penting yang ia dengar, tak harus mencatat dengan rapi semua penjelasan guru. Pengulangan dengan membaca keras atau mengulang kata-kata yang perlu diingat juga akan berkhasiat bagi mereka dalam mengingat kembali apa yang sudah didengar.

Tetap Dukung Gaya Belajarnya

Untuk mengetahui gaya berguru si kecil, Moms dapat mengamati tingkah lakunya sehari-hari. Misal, bila anak cepat hapal dengan tempat-tepat, simbol atau cepat tanggap bila diterangkan dengan bagan, artinya kepekaan visualnya bagus.

Setelah mengetahui gaya berguru si kecil, dukunglah ia dengan masing-masing cara yang dikuasainya. Untuk cara berguru auditorial, orangtua jangan melarang anak menghapal sambil berbicara keras. Gunakan pengulangan ucapan, namun jangan terlalu panjang. Berikan kesempatan baginya untuk tanya-jawab atau membaca keras – cukup didengar olehnya tanpa mampu didengar orang lain - soal yang diberikan.

Jika memungkinkan libatkan si kecil dalam kelompok-kelompok diskusi sehingga ia akan lebih mudah memahami materi. Pada anak yang lebih besar - jikalau memungkinkan - materi yang diajarkan akan lebih terekam dalam ingatannya dan mudah untuk memutar ulang kembali di rumah daripada diminta hanya sekadar membaca bahan-bahan foto kopi.

Semoga bermanfaat, wassalam

Sumber: Tabloid Mom & Kiddie

0 komentar:

Posting Komentar