Bagaimana sikap orang bau tanah ketika mendapati goresan pena si kecil yang sudah kelas 1 terlihat kruwel-kruwel (wah bahasa apa ni .. hehehe) atau amburadul kayak ceker ayam?. Tak ada yang salah kok, hal itu masih wajar kita temukan pada anak usia sekolah dasar, terutama anak kelas 1 hingga 4.
Bisa jadi yang dimaksud goresan pena ibarat ceker ayam itu, goresan pena yang hurufnya bertumpuk, penggunaan karakter besar dan kecil bercampur-baur, besar kecil karakter berbeda-beda dalam satu tulisan, ukuran spasi yang tidak sama, margin yang tidak beraturan, atau goresan pena yang turun naik?
Jangan khawatir dulu, alasannya ialah kita tak bisa menilai goresan pena anak berdasarkan bentuknya yang bagus dilihat atau tidak. Yang cukup menjadi perhatian ialah nilai saja kerapiannya, keterbacaannya, dan kesesuaiannya dengan kaidah penulisan.
Tulisan yang rapi bisa berarti goresan pena tidak acak-acakan, margin kiri rata, spasi sama, dan besar kecil karakter sama. Sedangkan yang dimaksud terbaca ialah orang lain mudah membaca hasil tulisannya.
Nah bila buah hati kita sudah duduk di kelas 4 SD, barulah biasanya anak berkreasi, mengeksplor bentuk goresan pena yang indah. Kemampuan ini tak dapat pelajari secara formal alasannya ialah muncul dari dalam diri sesuai dengan bakat anak. Karenanya, memang tak semua anak memiliki goresan pena bagus sekalipun ia memiliki jiwa seni dan bakat seni rupa yang tinggi. Mengapa?
Karena kemampuan aak untuk menulis bagus tergantung pula pada tingkat kemampuan motorik halus, terutama kelenturan jari-jemari. Hanya saja hati-hati, goresan pena modifikasi yang terlihat bagus malah sering tak terbaca, bukan? Hasilnya tidak efektif. Misal, menulis karakter i titiknya di bawah, menulis karakter a diberi dua titik di atasnya, karakter e menghadap ke kiri, dan lainnya... ya kan?
Makanya enggak apa jika tulisannya kayak ceker ayam.
Semoga bermanfaat ... wsssalam.
ilustrasi : daniy.syahdiar.org
0 komentar:
Posting Komentar