Rabu, 05 Oktober 2016

Perilaku Anak Adalah Tujuannya

Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Setiap anak sebagai makhluk sosial memiliki motivasi dasar akan kebutuhan untuk merasa dimiliki. Anak, menyerupai individu yang lain, mempunyai harapan yang sama untuk diterima. Sikap dan perilaku mereka diarahkan untuk memenuhi harapan ini. Sebagai akibatnya, semua perilaku mereka mempunyai maksud , diarahkan pada tujuan-tujuan yang sangat spesifik.

Sebagian besar orangtua tidak memahami dan memiliki pengetahuan kebutuhan alamiah dasar anak. Tanpa pemahaman dan pengetahuan perihal tujuan masing-masing anak, yaitu tidak mungkin untuk memahami dan mengubah perilaku.

Sebagai contoh, dikala belum dewasa tubruk , kebanyakan orangtua akan menghentikan pertengkaran , berusaha menghakimi pertengkaran tersebut. Kemudian menghukum yang bersalah. Campur tangan orangtua seringkali tidak menghentikan kebiasaan bertengkar sebab tujuan pertengkaran yaitu perhatian orangtua.

Jika orangtua mengabaikan petengkaran dan membiarkan belum dewasa bebas menyelesaikan pertengkarannya, insiden pertengkaran intensitasnya akan berkurang bahkan bisa berhenti sama sekali. Mengapa? Karena tujuan anak untuk mendapat perhatian orangtua tidak membuahkan hasil.

Orangtua tidak akan berhasil mengubah perilaku anak sebelum mereka paham dan memiliki pengetahuan akan tujuan di balik perilaku tersebut.

Apa yang dilakukan anak di rumah, entah itu perilaku yang dapat diterima maupun tidak dapat diterima , menggambarkan cara yang dipilih oleh anak untuk menerima daerah di dalam keluarga.

Anak yang percaya akan kemampuan mereka untuk mendapat daerah dan merasa diterima di dalam keluarga melalui perilaku yang konstruktif dan kooperatif, cenderung tidak menjadi masalah. Mereka dapat menghadapi tuntutan dari setiap situasi yang gres penuh percaya diri, sebab merasa bisa menanggulangi dan menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa pemberian orangtua.

Anak-anak yang putus asa/tidak percaya diri jawaban praktek-praktek pemanjaan, perlindungan yang berlebihan, penolakan, hukuman, pembandingan dengan anak lain dan pencarian kesalahan yang dilakukan orangtua akan berpaling pada cara-cara yang tidak dapat diterima dalam berperilaku untuk menerima daerah di dalam keluarga.

Sebagian besar belum dewasa mengalami krisis kepercayaan diri. Akibatnya sebagian besar tumbuh menjadi anak nakal. Oleh sebab itu perlu kerjasama antara orangtua, guru dan masyarakat untuk menumbuhkan kepercayaan diri seorang anak. Supaya mereka bisa membangun karakternya.

Semoga bermanfaat, wassalam,

oleh: Puspita Wulandari
sumber : edukasi.kompasiana.com

0 komentar:

Posting Komentar