Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif
Respons positif orangtua atas pertanyaan si kecil sangat membantu proses berpikir dan tingkat pemahamannya.
"Bu, mengapa burung bisa terbang? Kok pohon berbuah sih? Apa nama kendaraan beroda tiga itu?" Duh, si prasekolah terkadang bikin mumet dengan aneka macam pertanyaannya yang tak kenal waktu. Kalau sudah kehabisan akal, tak jarang orangtua berujar, "Aduh Kakak ceriwis amat sih!" Atau pertanyaannya yang dianggap sepele atau tak logis ditanggapi dengan balasan asal-asalan. "Pohon berbuah? Ya...memang dari sononya begitu. Sudah, ah, Papa mau baca koran lagi!"
Tentu respons orangtua yang asal-asalan amat tidak disarankan. Paling bijak tanggapi apa pun pertanyaan anak, yang sepele sekalipun, secara positif. Respons yang baik akan membantu proses berpikir dan pemahaman si prasekolah kelak. Juga tak duduk perkara jikalau ia ternyata masih belum puas dengan balasan yang diberikan lantas bertanya lagi, lagi, dan lagi. Orangtualah yang mesti siap menghadapi "gempuran" pertanyaan itu. Misalnya dengan lebih rajin membaca buku semoga wawasan dan pengetahuan kita makin bertambah.
MENUNJUKKAN MINAT
* Menunjukkan minat.
Ragam pertanyaan anak dapat memperlihatkan minatnya pada peristiwa atau pemandangan di sekitarnya. Contoh, si prasekolah bertanya, "Mengapa ayam yang tadinya satu bisa bertambah jadi tiga?" atau "Ada berapa banyak kendaraan beroda empat yang sedang parkir itu?" Pertanyaan-pertanyaan menyerupai ini merupakan menerangkan anak memiliki minat di bidang matematika/logika.* Belum paham.
Keingintahuan yang belum terpenuhi akan membuat anak terus bertanya hingga ia menerima titik terang. Kalau orangtua merasa sudah pernah menjawab tapi anak tetap melontarkan pertanyaan yang sama, jangan-jangan ia belum memahami penjelasan yang diberikan.* Cari perhatian.
Kalau si kecil selalu mengajukan pertanyaan yang sama, padahal orangtua juga sudah berkali-kali menjelaskan, bisa jadi ia sedang caper alias cari perhatian. Segera cari penyebabnya. Mungkin lantaran si kecil merasa diabaikan karena orangtua tidak menemaninya bermain, orangtua kelewat sibuk dengan pekerjaan, atau ia merasa dibedakan dengan kakak atau adiknya. Agar terus mendapat perhatian dari ayah dan ibunya, si kecil terus menanyakan hal yang sama. Cara ini pun kerap dipakai oleh anak anak yang sebetulnya tidak kurang perhatian. Namun, ketika perhatian untuknya teralihkan, anak berusaha mendapatkannya kembali dengan aneka macam cara, termasuk banyak bertanya. Oleh karena itu, lakukan kontak mata dikala berkomunikasi semoga anak merasa tetap diperhatikan dan dihargai.KIAT MENJAWAB
Si kecil sebetulnya tak begitu membutuhkan balasan panjang lebar, apalagi dengan bahasa yang kurang "membumi" karena masih terlalu ajaib di pendengaran anak. Agar si prasekolah bisa pribadi paham balasan Anda, berikut kiatnya:
1. Hindari penjelasan yang berbelit-belit. Yang diharapkan si kecil yaitu balasan dan penjelasan sederhana dengan bahasa yang sesuai kemampuan berpikirnya.
2. Jika masih ragu-ragu dengan balasan yang akan diberikan, jangan bersikap "sok tahu". Alih-alih mendapat balasan yang tepat, anak justru menelan gosip yang ternyata salah. Singkat kata, orangtua harus jujur atau terus terang kalau tak bisa menjawab.
3. Ajak anak untuk mencari balasan dari pertanyaan-pertanyaannya yang sulit. Misalnya, dengan mengajak anak membuka ensiklopedia atau mencari orang yang kira-kira bisa menjawab pertanyaannya. "Yuk kita tanya kakek, mungkin dia tahu." Atau, "Bagaimana kalau kita besok tanyakan kepada ibu guru. Siapa tahu ibu guru bisa jawab." Kelak si kecil juga berguru bahwa jikalau mendapati duduk perkara maka dia akan mencari orang yang bisa membantunya memecahkan duduk perkara yang dihadapi atau membacanya dari aneka macam buku/literatur.
4. Ajak anak berguru menganalisis kekerabatan sebab-akibat. Misalnya, ketika anak bertanya, "Ma, kenapa orang naik kuda? Kenapa enggak jalan kaki saja kan punya kaki." Cobalah memancing daya analisis si kecil dengan balik bertanya, "Coba menurut kau lebih cepat mana orang hingga ke tujuannya, apakah naik kuda atau jalan kaki?" Upaya membalikkan pertanyaan juga merangsang anak untuk menemukan sendiri jawabannya. "Ayo, menurut Kakak kenapa orang naik kuda?".
5. Untuk menjawab pertanyaan "mengapa" sebaiknya orangtua jangan pribadi menjawab. Biarkan dia berpikir mencari jawabannya. Maklumi jikalau jawabannya masih sangat sederhana karena memang kemampuan berpikirnya masih terbatas. Dalam hal ini, orangtua berperan menambahkan atau menjelaskan sesuatu lebih terang lagi semoga pengetahuan dan wawasan si kecil makin bertambah. Misalnya, "Kenapa burung bisa terbang? Karena punya sayap. Nah, burung-burung yang kau lihat itu terbang untuk mencari makanan yang ada di pohon-pohon dan juga di tanah. Burung membuat sarangnya di pohon, lo."
Semoga bermanfaat, wassalam
sumber: www.lptcindo.com
0 komentar:
Posting Komentar