Assalamualiakum wr wb, salam cerdas kreatif.
Beberapa orang bau tanah mengeluhkan betapa susahnya menasehati anak-anaknya? Padahal semua itu akan menjadi mudah bila kita sebagai orang bau tanah tahu cara yang sempurna untuk menasehati anak.
Yups ... berikut ini yaitu cara memperlihatkan nasihat yang sempurna pada anak (saya intisarikan dari http://tanggapustaka.com/):
1. Mulai dengan pertanyaan dan bukan pernyataan.
Misalnya anak kita pulang telat dari waktu yang ditentukan. Sebaiknya mulailah dengan pertanyaan, “Eh anak mama… habis dari mana kok gres sampai?” Jangan mulai dengan, “Kamu pulang terlambat, main dulu ya…?!”2. Jangan paksa apabila anak belum ingin bicara.
Tiap anak memiliki tipe yang berbeda. Ada anak yang ingin eksklusif ditanya dan menjelaskan ketika itu juga. Ada tipe anak yang ingin diam, istirahat bersih-bersih tubuh dulu, gres setelah merasa nyaman mau ditanya. Ada juga anak yang ingin kita duduk di sampingnya, kemudian ia bicara sendiri sebelum ditanya. Hal ini penting sekali untuk diketahui semoga tidak ada yang merasa disakiti antara orangtua dan anak. Jika kita berhasil mengetahui ciri masing-masing anak, pasti kita akan bisa mengajaknya untuk berdialog.3. Tugas kita yaitu hanya bertanya dan mendengar saja.
Pada ketika anak beranjak dewasa, ubahlah cara mendidiknya. Jangan samakan dengan cara mendidik ketika anak masih di kursi TK atau SD. Kasus terbesar dan sering terjadi antara orangtua dengan anaknya yaitu tidak menyadari bahwa anak sudah beranjak dewasa.Kondisi anak yang sudah beranjak berakal balig cukup akal cenderung lebih membutuhkan tumpuan asuh yang lebih mengakomodasikan kepentingan anak, menyerupai ingin mengambil keputusan sendiri, bukan mematuhi apa yang diputuskan oleh orangtua. Ini sangat indah alasannya anak akan bisa mengambil keputusan sendiri ketika ia berada jauh dari orangtuanya.
Jadi, peran kita setelah bertanya pada ketika yang sempurna yaitu mendengar dan merespon secara positif. Hal itu untuk menunjukkan bahwa kita tidak hanya mendengar, melainkan “menyimak” dan merespon dengan baik ceritanya.
4. Bersabarlah untuk terus mendengarkan, jangan bicara, berkomentar, atau menasihati hingga anak meminta Anda berbicara.
Mungkin bisa 15 menit, 30 menit, atau 2 jam anak kita bercerita, jangan sekali-kali Anda bosan untuk mendengarkannya. Kapan saatnya boleh berbicara? Saat anak Anda sudah mengeluarkan kalimat, “Oh iya Ma, gimana Ma… menurut Mama bener gak sih aku?” atau “Oh iya Ma, menurut Mama, mestinya saya harus bagaimana…?” atau pertanyaan anak lainnya semoga Anda nemberi pendapat. Apabila anak sudah puas berbicara dan sudah mengeluarkan kalimat semacam itu, indera pendengaran dan hatinya sudah siap dan terbuka lebar untuk mendapatkan masukan dari kita.5. Sampaikan nasihat dalam bentuk metafora atau dongeng pengalaman masa lalu.
Jangan terpancing untuk memberi nasihat langsung. Akan sangat baik jikalau menggunakan sebuah dongeng yang menggambarkan pengalaman kita atau orang lain yang menyerupai dengan kasus yang dialami oleh anak kita. Ceritakan yang detail tanpa bermaksud untuk menyindir. Kemudian, jelaskan pesan tersirat dari kisah yang Anda ceritakan. Sisipkan nasihat-nasihat Anda yang sesungguhnya dalam pesan tersirat dongeng tersebut semoga anak tidak menyadari bahwa bahwasanya ia sedang dinasihati.6. Akhiri pembicaraan dengan membiarkan anak menentukan pilihan yang terbaik bagi dirinya.
7. Jangan risaukan pilihan atau keputusan anak.
Anda tidak perlu takut atau risau akan pilihan dan keputusan anak. Jika anak salah dalam memilih atau memutuskan, itu bahwasanya bab dari proses berguru dan pendewasaan mental anak. Ingatlah, peran orangtua yaitu bukan membuat anak tidak pernah melaksanakan kesalahan, melainkan anak bisa berguru dari kesalahannya atau tidak mengulangi kesalahan yang sama yang pernah dibuat oleh orang lain.Semoga bermanfaat, wassalam
0 komentar:
Posting Komentar