Kamis, 14 Desember 2017

Sembelit pada Bayi Mpasi (Versi si Gembul Widya)

Guru ialah pengalaman terbaik, yap itu benar! Harusnya jikalau sudah pengalaman, selanjutnya akan jadi lebih baik. Namun hal yang sebaliknya bisa jadi lain jikalau kita merasa jauh lebih cerdik dan kalem alasannya ialah pengalaman itu. Ngerti ga sih?

Inilah pengalaman Mpasi adiknya Cuta. Waktu pengalaman pertama Mpasinya Cuta, saya gres tahu teori dan menjalankannya sesuai yang tertulis. Anjuran makan sekali dengan porsi yang kecil di umur 6 bulan saya terapkan, selain itu alasannya ialah lokasi daerah tinggal yang berdekatan dengan kantor, saya bisa memantau mpasinya sedemikian rupa. akhirnya, Si Cuta sama sekali tidak pernah mengalami sembelit.

Hal yang berbeda terjadi dengan adiknya. Merasa sangat pengalaman, saya mengabaikan hal penting itu. Apalagi si Widya ini rakusnya minta ampun. Sehingga satu hari beliau bisa makan hingga dua tiga kali, ditambah buah. Itu pun ditambah laporan pengasuhnya bahwa ia sering menangis menjerit-jerit setelah selesai makan sambil mencari-cari sendok makannya. Ia menyerupai kekurangan makan.

Fiuh, lalu terjadilah hal ini. Tiga hari belakangan ia sembelit parah. Diberikan buah pepaya dan pir tidak mempan. Dipijat ILU hanya bisa membantunya mengeluarkan gas di perut. Ia menangis sewaktu BAB, BAB nya keras hingga mukanya merah alasannya ialah ngeden berlebihan. Parahnya, BAB nya disertai darah. Tidak banyak sih menurut laporan pengasuhnya, tapi itu sudah terjadi dua kali pada satu hari.


Sebenarnya saya tahu kenapa berdarah, alasannya ialah sembelit itu. Namun Bapaknya panik, mengajaknya ke dokter. Sampai di dokter, dikasi penjelasan panjang. Intinya beliau sembelit alasannya ialah kesalahan administrasi mpasinya. Makannya terlalu banyak untuk bayi seumurnya, perutnya belum cukup untuk mendapatkan alasannya ialah masih dalam masa transisi sehingga terjadilah hal itu, sembelit parah.



Feses yang susah dikeluarkan akan menggesek anusnya, sehingga lecet dan terjadi pendarahan. Kasus selesai!

Itulah, saya merasa sudah pengalaman sekali sehingga begitu kalem mengijinkan pengasuhnya menawarkan makanan banyak dan sering. saya menerapkan pengalaman itu dengan cara yang salah, menyimpang jauh dari ilmu Mpasi yang sering saya share disini. yah begitulah, intinya walau kita tahu, kita belum tentu menjalankannya.

Akhirnya hari ini saya mengurangi porsi makannya menjadi dua kali saja dengan porsi yang dikurangi. Mengurangi kemungkinan menangis jejeritan, saya meminta pengasuhnya untuk menawarkan ASIP dulu gres makanan bayi nya.

Eksekusi gres hari ini, jadi belum lihat perkembangannya. Semoga berhasil.

But, ada yang tidak mengenakan di dokter kemarin. Alih-alih mendukung, sang dokter malah menganjurkan untuk memberi makanan bayi instan yang banyak ada di supermarket. Alasannya kandungan gizi nya lebih kompleks dari sekedar makanan bayi biasa, terutama bubur susu. Beliau juga menyalahkan metode saya yang menawarkan sayur di usia 6 bulan. Katanya sayur terlalu berat, gres bisa diberikan pada umur 8 bulan.

Ketika bapaknya widya bertanya apakah saya akan membeli bubur bayi instan? saya menggeleng. Saya ingin tetap memberikannya mpasi rumahan, namun kembali lagi melihat chart makanan. Oke, titik!

Nah, bagi yang bayinya seumur Widya ( dibawah 7 bulan) gimana nih pengalaman Mpasinya? Lancarkah?

0 komentar:

Posting Komentar