Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Ohio State University (OSU) dan University of Texas, Austin, Amerika Serikat, menemukan bahwa semakin sering seorang anak mengonsumsi makanan cepat saji dikala berusia 11 atau 12 tahun, maka kecerdasannya pun bisa menurun. Terutama pada mata pelajaran matematika, sains, dan membaca.
Perbedaan antara nilai ujian anak yang gemar menyantap makanan cepat saji dan yang tidak, dilaporkan memiliki kontradiksi yang tinggi, belum dewasa yang sering memakan hidangan sehat ditemukan 20 persen lebih arif dan bisa menyelesaikan ujian dengan baik.
Kelly Purtell, penulis utama penelitian sekaligus ajudan profesor jurusan human sciences di OSU mengatakan, "Makanan fastfood ternyata memengaruhi kemampuan anak secara edukasi. Kami meneliti beberapa faktor luas yang memungkinkan anak menerima nilai test tersebut,".
Kelly Purtell, penulis utama penelitian sekaligus ajudan profesor jurusan human sciences di OSU mengatakan, "Makanan fastfood ternyata memengaruhi kemampuan anak secara edukasi. Kami meneliti beberapa faktor luas yang memungkinkan anak menerima nilai test tersebut,".
Purtell menyebutkan, faktor-faktor lain menyerupai seberapa sering anak berolahraga, menonton televisi, status sosial ekonomi keluarga, makanan lain yang dikonsumsi, serta karakteristik lingkungan daerah tinggal, dan sekolah tak luput diteliti oleh tim peneliti. Namun demikian, jadinya sama saja. Anak yang sering mengonsumsi makanan cepat saji cenderung memiliki peringkat bawah di kelas.
Studi yang dirilis oleh journal Clinical Pediatrics ini, meneliti 11.740 pelajar yang memulai sekolah pada tahun aliran 1998-1999. Pada penelitian tersebut para responden anak wajib melapor mengenai kebiasaan dan jenis makanan yang mereka lahap selama satu minggu. Hal yang mencengangkan pun terjadi, ternyata 10 persen anak mengatakan memakanfastfood setiap hari dan 10 persen lainnya mengatakan enam hari dalam seminggu pasti menyantap fastfood.
"Kami tak berkata bahwa orangtua tidak boleh memberi anak mereka makanan cepat saji. tetapi hasil penelitian menyarankan untuk jangan terlalu sering. Pada penelitian yang lainnya, nutrisi dalam makanan cepat saji, memang dapat memengaruhi perkembangan kognitif. Namun, diet ketat dengan menghindari lemak dan gula sama sekali juga tak baik bagi belum dewasa sebab dapat mengurangi proses belajar, dan menurunkan daya ingat anak,” ujar Purtell.
Studi yang dirilis oleh journal Clinical Pediatrics ini, meneliti 11.740 pelajar yang memulai sekolah pada tahun aliran 1998-1999. Pada penelitian tersebut para responden anak wajib melapor mengenai kebiasaan dan jenis makanan yang mereka lahap selama satu minggu. Hal yang mencengangkan pun terjadi, ternyata 10 persen anak mengatakan memakanfastfood setiap hari dan 10 persen lainnya mengatakan enam hari dalam seminggu pasti menyantap fastfood.
"Kami tak berkata bahwa orangtua tidak boleh memberi anak mereka makanan cepat saji. tetapi hasil penelitian menyarankan untuk jangan terlalu sering. Pada penelitian yang lainnya, nutrisi dalam makanan cepat saji, memang dapat memengaruhi perkembangan kognitif. Namun, diet ketat dengan menghindari lemak dan gula sama sekali juga tak baik bagi belum dewasa sebab dapat mengurangi proses belajar, dan menurunkan daya ingat anak,” ujar Purtell.
Lebih lanjut, orangtua disarankan untuk lebih mawas dan perhatian pada makanan anak. Sebab, di fase tumbuh kembang, nutrisi dan gizi memiliki pengaruh tinggi dalam membentuk masa depan mereka. Untuk itu, jangan lalai dalam menyiapkan makanan yang bergizi dan baik dalam pembentukan otak dan tulang sebab bisa menawarkan dampak baik dalam kehidupan anak, baik secara pendidikan maupun lingkungan sosial.
Selain memerhatikan gizi dan nutrisi, orangtua juga jangan malas menawarkan embel-embel tambahan pada anak. Apabila Anda tengah berhadapan dengan si kecil yang susah makan, cobalah berikan embel-embel pendamping yang berfungsi dalam merangsang nafsu makan. Salah satu embel-embel terbaik yaitu yang mengandung vitamin A, D, dan E.
Perlu Anda ketahui bahwa ketiga vitamin tersebut dapat diserap dengan tepat oleh tubuh. Kemudian, pastikan juga embel-embel pilihan Anda tidak mengandung bahwa pewarna buatan dan bebas alkohol serta aman untuk dikonsumsi si kecil.
Sumber :
& Kompas.com Penulis :
Silvita Agmasari
Editor :
Syafrina Syaaf
0 komentar:
Posting Komentar