Rabu, 08 November 2017

Jangan Ceroboh Saat Berikan Obat ke Anak

Dokter Anak




KOMPAS.com - Kesalahan santunan obat ke anak mampu berdampak serius. Sayangnya, setiap 8 menit satu anak mengalami kesalahan santunan obat dari orangtua atau pengasuh mereka. 

Demikian menurut studi yang dilakukan di AS. Diketahui, 63.000 anak berusia kurang dari 6 tahun mengalami kesalahan santunan obat antara tahun 2002 dan 2012. Kesalahan santunan obat itu lebih banyak didominasi terjadi di rumah.

"Beberapa kesalahan ini memiliki konsekuensi yang sangat serius," kata penulis studi Dr Huiyun Xiang, eksekutif Pusat Penelitian Trauma Pediatrik di Rumah Sakit Anak di Columbus, Ohio. 

Selama kurun waktu penelitian, 25 anak meninggal akhir kesalahan pengobatan, dan 4.658 anak harus masuk rumah sakit. Para peneliti juga menemukan jumlah kesalahan yang melibatkan penggunaan obat batuk dan demam mengalami penurunan 59 persen antara tahun 2002 dan 2012, tetapi jumlah kesalahan yang bekerjasama dengan penggunaan obat lain meningkat hampir 43 persen. 

Pada tahun 2007, Badan Obat dan Makanan Amerika Serikat menganjurkan untuk membatasi penggunaan obat batuk dan demam pada bawah umur di bawah usia 6 tahun. Hal ini karena tidak ada bukti bahwa obat tersebut efektif untuk anak-anak. Efek samping dari obat-obat tersebut juga sering ditemukan.

Ikatan dokter anak di AS juga baiklah dengan rekomendasi tersebut. Kemudian di tahun 2008, produsen obat menghapus obat batuk dan demam untuk anak berusia kurang dari dua tahun, serta memberi label peringatan penggunaan obat pada anak kurang dari 4 tahun.

"Penelitian kami dan studi sebelumnya telah menemukan penurunan yang signifikan terhadap kesalahan penggunaan obat batuk dan obat demam semenjak rekomendasi itu keluar," kata Xiang.
 
Tidak terang mengapa ada kenaikan pada kesalahan santunan obat. Para andal mengira hal itu ada hubungannya dengan meningkatnya penggunaan obat penghilang rasa sakit dan antihistamin yang biasanya digunakan untuk alergi pada anak-anak.

Menurut penelitian ini, lebih dari 25 persen kesalahan pengobatan disebabkan karena secara tidak sengaja meminum atau mengonsumsi  obat sebanyak dua kali, padahal hanya satu dosis yang dibutuhkan.

Para peneliti juga menemukan bahwa semakin keci usia anak, semakin besar pula  kemungkinan mereka untuk mengalami kesalahan pengobatan. Sebanyak 25 persen kasus kesalahan terjadi pada anak berusia kurang dari 1 tahun.

"Anak-anak yang berusia sangat muda mungkin belum mampu berkomunikasi dengan orang bau tanah dan pengasuhnya, sehingga tidak dapat memberitahu orang-orang sampaumur bahwa mereka telah mengonsumsi obat,” katanya.

Ia menyarankan orangtua untuk melaksanakan pencatatan dosis dan santunan obat. Saat ini di ponsel berakal juga tersedia aplikasi khusus untuk santunan obat, termasuk mengukur dosis yang paling tepat. (Eva Erviana)



dranak.com

0 komentar:

Posting Komentar