Depresi bergotong-royong yakni duduk perkara umum selama dan setelah kehamilan. Sekitar 13 persen perempuan hamil dan ibu gres mengalami depresi. Kaprikornus ibu tidak perlu cemas, karena justru rasa cemas itu bisa memperdalam rasa depresi. Jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter atau membicarakan kondisi depresi pada ibu dengan suami atau keluarga.
Depresi yang Harus ke Dokter
Ketika ibu hamil atau setelah ibu memiliki bayi, Ibu mungkin tertekan dan tidak tahu bahwa dirinya mengalami depresi. Beberapa perubahan normal selama dan setelah kehamilan dapat merupakan gejala yang ibarat dengan depresi. Tapi kalau Ibu memiliki salah satu dari gejala berikut depresi selama lebih dari 2 minggu, segera hubungi dokter untuk menerima penanganan yang cepat dan tepat:- Merasa gelisah atau murung
- Merasa sedih, putus asa, dan kewalahan
- Banyak menangis
- Merasa tidak memiliki energi atau motivasi
- Makan dalam porsi yang terlalu sedikit atau terlalu banyak
- Kurang tidur atau justru tidur terus menerus
- Mengalami kesulitan fokus atau membuat keputusan
- Memiliki duduk perkara ingatan
- Merasa tidak berharga dan bersalah
- Kehilangan minat atau kesenangan dalam acara yang biasanya disenangi Ibu
- Menarik diri dari sobat dan keluarga
- Mengalami sakit kepala, sakit dan nyeri, atau duduk perkara perut yang tidak kunjung usai
Dokter dapat mencari tahu apakah gejala Ibu disebabkan oleh depresi atau sesuatu yang lain. Maka konsultasi dengan dokter yakni cara yang tepat untuk mengetahuinya.
Penyebab depresi selama dan setelah kehamilan
Tidak ada penyebab tunggal depresi selama dan setelah kehamilan. Sebaliknya, depresi mungkin saja yakni hasil dari kombinasi faktor-faktor berikut ini.- Depresi yakni penyakit mental yang cenderung menjadi “penyakit keturunan” dalam keluarga. Perempuan dengan riwayat keluarga depresi memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami depresi.
- Perubahan kimia atau struktur otak juga diyakini besar lengan berkuasa tugas besar dalam depresi.
- Peristiwa kehidupan yang penuh stres, ibarat maut orang yang dicintai, merawat anggota keluarga yang tua, kemiskinan, dapat memicu depresi.
- Faktor hormonal unik dapat menimbulkan depresi pada beberapa perempuan. Kita tahu bahwa hormon secara eksklusif menghipnotis kimia otak yang mengontrol emosi dan suasana hati. Kita juga tahu bahwa perempuan lebih berisiko depresi pada waktu tertentu dalam hidup mereka, ibarat masa puber, selama dan setelah kehamilan, dan selama perimenopause. Beberapa perempuan juga memiliki gejala depresi tepat sebelum datang bulan.
- Depresi setelah melahirkan disebut depresi postpartum. Perubahan hormon dapat memicu gejala depresi postpartum. Ketika Ibu hamil, tingkat hormon estrogen dan progesteron perempuan sangat meningkat. Dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, kadar hormon cepat kembali normal. Para peneliti berpikir perubahan besar dalam kadar hormon dapat menimbulkan depresi. Ini jauh ibarat cara perubahan hormon yang lebih kecil dapat menghipnotis suasana hati seorang perempuan sebelum ia mendapat menstruasi.
- Kadar hormon tiroid juga mungkin turun setelah melahirkan. Tiroid yakni kelenjar kecil di leher yang membantu mengatur bagaimana badan Ibu menggunakan dan menyimpan energi dari makanan. Rendahnya tingkat hormon tiroid dapat menimbulkan gejala depresi. Tes darah sederhana dapat mengetahui apakah kondisi ini merupakan gejala Ibu. Jika demikian, dokter Ibu mungkin meresepkan obat tiroid.
- Lelah setelah melahirkan
- Lelah karena kurang tidur atau teladan tidur yang rusak karena kewalahan dengan bayi baru
- Keraguan perihal kemampuan Ibu untuk menjadi ibu yang baik
- Stres karena perubahan dalam pekerjaan di kantor dan rutinitas di rumah
- Kebutuhan realistis untuk menjadi ibu yang sempurna
- Kehilangan “masa senang-senang” dimana Ibu belum memiliki bayi
- Perubahan bentuk badan sehingga merasa kurang menarik
- Kurangnya waktu luang
Ibu yang Telah Depresi semenjak Sebelum hamil
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko depresi
Beberapa perempuan lebih berisiko mengalami depresi selama dan setelah kehamilan. Berikut ini yakni faktor-faktor tertentu yang dapat meningkatkan risiko depresi selama dan setelah kehamilan:- Sejarah depresi pribadi atau penyakit mental lain
- Riwayat keluarga yang mengalami depresi atau penyakit mental lain
- Kurangnya santunan dari suami, keluarga dan teman-teman
- Kecemasan atau perasaan negatif perihal kehamilan
- Pengalaman terjadinya duduk perkara dengan kehamilan sebelumnya atau kelahiran umum
- Masalah rumah tangga / ijab kabul atau duduk perkara keuangan
- Ibu mengalami peristiwa kehidupan yang penuh stres
- Ibu hamil dalam usia yang sangat muda
- Penyalahgunaan obat-obatan dan zat kimia lainnya (narkoba)
- Perempuan yang mengalami depresi selama kehamilan memiliki risiko depresi setelah melahirkan lebih besar.
Itulah penjelasan mengenai depresi selama kehamilan dan setelah melahirkan. Baca juga artikel lain yang bekerjasama dengan depresi berikut ini:
Kenali Perbedaan "baby blues," Depresi Melahirkan, dan Postpartum Psikosis
Sampai disini perjumpaan kita dalam artikel faktor penyebab depresi selama kehamilan dan setelah melahirkan yang diambil dari situs womenshealth. Semoga bermanfaat untuk kita semua.
0 komentar:
Posting Komentar