Rabu, 11 Oktober 2017

Balita Juga Bisa Disiplin Lo, Ini Tipsnya?

Assalamualikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Saat si kecil memasuki usia balita, ia bisa menjadi sangat sulit untuk ditangani. Anak mulai susah diajak mandi atau makan. Dia bisa tiba-tiba marah dan menangis kencang ketika keinginannya tidak dituruti, dan masih banyak duduk perkara lainnya.

Masa balita bisa jadi ketika yang sulit sekaligus menyenangkan untuk orangtua. Di usia ini, anak mulai menunjukkan banyak sekali kepintarannya. Namun di sisi lain, ia juga mulai terlihat mandiri. Hambatannya adalah, mereka masih memiliki kemampuan terbatas dalam berkomunikasi dan memahami sesuatu.

"Mereka (anak-anak berusia balita) mengerti kalau mereka bisa melaksanakan sesuatu," ujar Spesialis Perkembangan Anak, Claire Lerner.

"Hal ini pun membuat mereka ingin menunjukkan pada dunia dan menegaskan pada diri mereka sendiri dengan cara yang baru, bukan bayi lagi. Namun masalahnya mereka memiliki kontrol diri yang kurang dan belum berpikir rasional," urai Lerner.

Dengan segala kombinasi cara berpikir dan tingkah laku itu, bukan tidak mungkin Anda kerap merasa hilang logika menghadapi si kecil. Apalagi jikalau kata-kata yang sering diucapkannya yaitu 'tidak'.

Jadi, adakah solusi semoga mengurus si balita menjadi lebih mudah? Berikut ini beberapa cara mudah mendisiplinkan si kecil:

1. Konsisten
Perintah dan rutinitas membuat si kecil merasa memiliki daerah derma dari dunia yang mereka lihat tidak dapat diprediksi," ujar Lerner. "Saat ada sesuatu yang sudah bisa diprediksi dan dilakukan dengan rutin, ini membuat anak merasa lebih nyaman dan aman. Mereka pun jadi lebih bersikap manis dan hening alasannya yaitu tahu apa yang akan terjadi," tambahnya.

Sesuai dengan saran Lerner tersebut, cobalah untuk melaksanakan segala kegiatan si kecil sesuai jadwal, setiap hari. Artinya Anda harus memiliki waktu tidur siang, makan dan tidur malam yang konsisten. Begitu juga konsisten kapan waktu ia bisa bermain.

Jika Anda hendak membuat perubahan, misalnya ketika Anda harus pergi ke luar kota, katakan padanya semenjak jauh-jauh hari. Persiapkan anak menghadapi hal ini semoga mereka tidak terlalu kaget pada perubahan tersebut.

Konsistensi juga penting dalam hal disiplin. Contohnya ketika Anda mengatakan 'tidak boleh memukul', ketika si kecil untuk pertama kalinya memukul anak lain di taman bermain, Anda harus terus mengatakan hal yang sama, jikalau ia melakukannya untuk kedua atau ketiga kalinya.

2. Hindari Situasi yang Membuat Stres atau Marah

Saat si kecil mulai menginjak usia balita, Anda sebaiknya meluangkan waktu untuk memahami apa saja yang membuatnya marah. Biasanya yaitu alasannya yaitu mereka lapar, mengantuk dan perubahan mendadak.

Dengan melaksanakan perencanaan, Anda bahu-membahu bisa menghindari kemarahannya ini dan membuatnya tetap tenang. "Misalnya saja, Anda jangan pergi ke supermarket di waktu anak seharusnya tidur siang, jikalau tidak mau anak tiba-tiba marah-marah," ujar dr. Lisa Asta, dokter anak di California yang juga ajun professor di Universitas California.

3. Berpikirlah Seperti Anak Balita

Anak balita belum bisa memahami segala sesuatunya apa adanya. Misalnya saja soal bagaimana harus bersikap dengan benar dan sesuai aturan. Makara ketika menghadapi si kecil, cobalah melihat dari perspektif anak untuk mencegah ia tantrum.

"Anda bisa bilang, ibu tahu, kau tidak suka mandi, tapi kau harus melakukannya," ujar Lerner. "Ucapan itu membuatnya tidak terintimidasi. Kita seolah memahami perasaannya," tambahnya.

Memberikan anak pilihan juga bisa Anda lakukan untuk menunjukkan kalau Anda menghargainya dan memahami perasaannya. Misalnya saja, ketika anak tidak mau memakai sepatu, tanyakan saja padanya sepatu warna apa yang mau ia pakai, merah atau biru. Dengan memiliki pilihan, anak merasa mereka memiliki kontrol terhadap situasi yang sedang dialami.


4. Belajar Bagaimana Mengalihkan Perhatian

Saat si kecil sudah lebih dari 10 kali melempar bola ke dinding ruang tamu dan ia tidak berhenti meskipun Anda sudah menyuruhnya, inilah saatnya Anda mengalihkan perhatiannya ke hal lain. Anda juga bisa mencoba mengajaknya bermain di luar.

"Orangtua sebaiknya menciptakan lingkungan yang bisa kondusif untuk perilaku balita," saran Rex Forehand, PhD, Professor Psikologi di University of Vermont dan penulis buku 'Parenting the Strong-Willed Child'.

"Jika mereka melaksanakan hal yang seharusnya tidak dilakukan (seperti bermain bola di ruang tamu), Anda seharusnya bukan melarangnya, tapi coba cari acara lain," tambah Rex.

5. Berikan Anak Time Out

Time out merupakan salah satu fondasi untuk membangun disiplin anak. Meskipun cara ini bahu-membahu belum bisa benar-benar diterapkan ketika anak berusia balita.

Akan ada implikasi negatif jikalau Anda menawarkan anak balita time out terlalu lama. Anak akan merasa mereka nakal. Padahal bahu-membahu Anda ingin mengajarkannya bersikap yang baik.

Jika Anda menawarkan si kecil time out, batasi waktunya hanya 1-2 menit. Jangan juga katakan pada anak kalau itu yaitu time out alasannya yaitu anak di bawah tiga tahun belum memahaminya. Gunakan kalimat yang lebih faktual untuk menyebut time out.

Lerner menyarankan buat daerah yang nyaman untuk anak sehingga ia bisa tenang. Perbaiki sikapnya yang tidak baik, namun jangan lupa juga untuk menawarkan kebanggaan atas sikap baiknya.

"Jika Anda tidak menawarkan kebanggaan ketika anak bersikap baik, terkadang mereka akan melaksanakan hal buruk hanya untuk menerima perhatian," tambah Asta. Kalau Anda memuji anak atas perbuatan baiknya, kemungkinan besar anak mau melakukannya lagi.

6. Tetap Tenang
Saat si kecil mengalami tantrum di mall, Anda sudah pasti berusaha menghindari tatapan orang yang lewat. Saat itu Anda pasti akan dengan mudah tersulut emosi dan memarahinya. Merasa tetap hening memang sulit, namun dengan kehilangan kontrol diri, bisa membuat situasi semakin panas dan Anda pun stres.

Coba tarik napas sejenak dan dinginkan kepala. "Kemarahan malah akan membuat Anda lebih buruk dan merasa bersalah. Hal itu juga tidak akan berdampak baik pada anak," saran Forehand.

Sedangkan Lerner menyarankan, jangan tunjukkan emosi Anda ketika si kecil mengamuk. Bersikaplah ibarat tidak ada yang terjadi. "Diamkan saja sikap anak. Saat anak tahu kalau teriakannya tidak menarik perhatian Anda, ia akibatnya akan lelah berteriak," tuturnya.

Semoga bermanfaat, wassalam.

Sumber: WebMD.

0 komentar:

Posting Komentar