Jumat, 27 Oktober 2017

Agar Anak Lebih Mandiri

Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Orangtua perlu secara bertahap melepaskan anak untuk membuatnya lebih berdikari dan tidak terlalu tergantung pada orangtua. Ayah dan ibu bisa memulainya dengan mengurangi menggendong anak walaupun cara ini memang menunjukkan rasa aman. Selanjutnya, anak bisa berguru berdikari sesuai tahapan usia.

Menurut dokter seorang jago kesehatan jiwa, dr Erlina Sutjiadi, SpKJ, orangtua perlu mengetahui kapan masanya menggendong anak untuk menunjukkan rasa aman dan kapan sudah mulai melepaskannya secara bertahap. Ini hanya salah satu teladan saja memulai tahapan kemandirian anak.

“Anak yang gres lahir sangat bergantung kepada ibu dan ayahnya, dengan menggendongnya akan menunjukkan rasa aman. Namun jikalau usia empat tahun masih digendong, ini perilaku yang salah,” terang dr Erlina, dikala talkshow bertema “Healthy Protection Inside & Out” dalam program Mother & Baby Fair 2010 di Balai Kartini Jakarta, Minggu (1/8/2010) lalu.

Melepaskan anak biar tidak terlalu bergantung kepada orang lain untuk menumbuhkan kemandirian, dilakukan dalam beberapa tahapan sesuai perkembangan dan usia anak:

Masa membangun rasa percaya, usia 0-1,5 tahun
Bayi yang gres lahir sangat membutuhkan perhatian ayah ibunya, namun bukan berarti orangtua bebas menggendongnya 24 jam. Melatih kemandirian anak sebaiknya dimulai pada masa ini. Prinsipnya, dikala bayi membutuhkan pastikan Anda ada di sampingnya, meskipun bukan berarti harus menggendongnya.

“Saat tidak nyaman, alasannya lapar atau popok basah, bayi membutuhkan perhatian. Ibu atau bapaknya bisa menggendongnya untuk menunjukkan rasa aman kepada bayi,” terang dr Erlina.

Begitupun dikala bayi mulai berguru makan makanan padat setelah ASI langsung selama enam bulan. Mengajarkan anak untuk memulai kebiasaan gres perlu dilakukan dengan tahapan dan perlahan. Saat memberi makanan padat, misalnya, lakukan perlahan dan jangan dipaksakan. Mulai dengan mencicipi, berikan dengan membangun ikatan ibu dan anak, bukan sekadar mengejar target makanan habis termakan.

Pada masa ini anak akan berguru membangun rasa percaya, merasa diperhatikan, dan mengetahui orangtuanya akan selalu ada dikala ia membutuhkannya. Semakin bertambahnya usia, tujuh bulan misalnya, anak memasuki masa individuasi, yakni berguru melepaskan ikatan ibu dan anak secara pelan-pelan. Anak mulai berguru berjalan, lebih mandiri, tidak lagi bergantung penuh dengan orang tuanya (dengan digendong, misalnya). Tradisi tedhak siten pada masyarakat Jawa memiliki makna yang sama dengan masa individuasi ini.

Otonomi diri, usia 1,5-3 tahun
Peran orangtua ialah mendampingi, namun berikan juga kesempatan anak untuk berekplorasi. Karena pada usia inilah rasa ingin tahu anak mulai tinggi. Meski begitu, menunjukkan kebebasan kepada anak bukan berarti tanpa aturan. Anak perlu diajarkan nilai baik dan buruk biar anak mengerti batasan dari kebebasannya bereksplorasi.

Saat makan, misalnya, ajarkan anak berdikari dengan menggunakan alat makan sendiri, jangan terus disuapi. Persoalannya, terkadang orangtua tak tabah dan inginnya anak cepat menghabiskan makanan atau tidak ingin tangan atau bajunya kotor. Padahal pada masa ini anak ingin menunjukkan dirinya. Makara sebaiknya jangan berikan derma berlebihan. Sesuaikan dengan kebutuhannya saja.

Mengembangkan inisiatif, usia 3-5 tahun
Mengajarkan kemandirian perlu dilakukan semenjak dini, bukan ketika anak sudah memasuki masa sekolah. Mulai usia tiga tahun, misalnya, anak sudah bisa diajarkan untuk mengenakan baju sendiri. Ajarkan juga untuk menyimpan baju kotor pada tempatnya, dan lain sebagainya. Dengan demikian, anak berguru mendisiplinkan dirinya dan melaksanakan banyak sekali hal yang nantinya akan dilakukannya sendiri.

Dengan cara pembelajaran ini, anak juga mulai berguru berinisiatif melaksanakan tugasnya. Membersihkan kamar menjadi tahapan berikutnya dikala sudah mulai bertambah usianya. Kebiasaan baik yang diajarkan semenjak dini akan menumbuhkan abjad yang lebih berdikari di kemudian hari.

Menurut dr Erlina, tiga fase pertama inilah yang paling penting untuk pengembangan kepribadian anak. Dengan memiliki dasar yang kuat, anak mempunyai mental lebih besar lengan berkuasa dan membangun dogma diri dan kemandirian.

Dengan demikian, ketika memasuki tahapan produktif usia 6-12 tahun, anak sudah memiliki kebiasaan faktual dan perilaku mandiri. Begitupun dikala pembentukan identitasnya pada usia 12-18 tahun. Anak yang berkarakter berdikari dengan dogma diri yang ditumbuhkan semenjak lahir, akan bisa membangun identitas dirinya lebih positif.

Semoga bermanfaat, wassalam.

kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar