Sabtu, 30 September 2017

Liburan Di Rumah Juga Menyenangkan

Liburan di rumah mampu menjadi sangat menyenangkan kalau didisi dengan aktivitas bermanfaat. Liburan di rumah juga hemat sebab tidak terlalu mengeluarkan biaya atau hanya mengeluarkan sedikit saja.
  • Melakukan Hobi
    Anda hobi menonton film, membaca novel atau buku, memasak, memancing atau hobi bermain futsal yang biasanya tidak sempat dilakukan waktu bekerja atau kuliah. Inilah saatnya.
  • Mencoba Hal Baru: Memasak (bagi yang tidak hobi memasak)
    Mencoba aneka macam hal gres di rumah? Kenapa tidak? Banyak hal yang mampu dilakukan menyerupai memasak atau mencoba ketrampilan lainnya. Siapa tahu Anda menemukan bakat gres Anda menyerupai membuat kudapan manis misalnya? Atau ternyata kuliner Ayam Semur Anda sangat enak? Bagi Anda yang terbiasa bekerja atau mahasiswa, memasak ialah hal yang tidak umum dilakukan sebab menyita waktu. Nah, di liburan yang panjang ini, Anda bsia mencar ilmu memasak. Berbagai program masak-masak di TV dapat menjadi referensi untuk Anda dalam berkreasi di dapur. Memasak juga tidak terbatas pada perempuan, justru banyak ‘chef’ laki-laki yang terkenal. Resep mampu dicari online atau majalah. Tinggal memasak saja!
  • Bekerja paruh waktu atau magang sementara
    Bekerja paruh waku tidak identik dengan kebutuhan pelengkap penghasilan, meskipun kebanyak orang bekerja paruh waktu untuk uang. Anda tipe pekerja keras dan menikmati pekerjaan? Beberapa orang menganggap bekerja itu menyenangkan sehingga bagi mereka bekerja serasa liburan. Maka ketika libur justru ingin bekerja! Hal itu sama sekali tidak ada salahnya. Ketika kesempatan untuk bekerja paruh waktu atau magang ada, tidak ada salahnya dicoba. Hal yang paling menguntungkan ialah Anda mampu menerima penghasilan pelengkap dan mencoba pengalaman bekerja yang berbeda. Bagi mahasiswa, magang ialah aktivitas yang sangat bermanfaat sebab Anda akan menghadapinya nanti setelah lulus, apalagi kalau hingga Anda digaji. Pengalaman magang juga menambah poin tersendiri di CV Anda!
Selamat menikmati liburan Anda!

Jumat, 29 September 2017

Agar Dunia Anak Kita Cerdas dan Kreatif

Assalamualikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Semua anak memiliki bakat untuk menjadi anak yang cerdas dan kreatif. Hanya sering alasannya tidak terlatih, maka kemampuan masing2 anak berbeda. Ada yang punya prestasi bagus, bakat yang terampil dll. Untuk itu kKita sebagai orang bau tanah perlu melatih gar mereka dapat menyebarkan kemampuan anak2 tersebut. Lalu bagaimana untuk bisa melatih anak semoga menyebabkan dunia anak kita, dunia anak yang cerdas dan kreatif?

Berikut langkah-langkah semoga dunia anak kita cerdas & kreatif :

1. Berkreasi setiap hari
Untuk memperlihatkan kepedulian kita pada sang buah hati dalam berkreasi, marilah kita ajarkan buah hati kita untuk membuat sesuatu yang kreatif. Misalnya dengan menggambar, melipat kertas, bermain game ( porsi yang semestinya), bermain permainan-permaian edukatif, bernyanyi, bercerita, dan masih banyak lagi. Usahakanlah untuk bisa menemukan sesuatu yang gres dan berbeda dari apa yang pernah dilakukan oleh sang buah hati, sehingga anak tidak merasa bosan dan terpacu untuk lebih berpikiran kreatif.

2.Menggunakan ke dua sisi tubuh
Hal ini memang tidak lazim dilakukan. Namun jikalau buah hati kita kita latih semenjak dini untuk melaksanakan hal ini, maka hal ini akan sangat bermanfaat di kemuadian hari. Bagaimana caranya? Yaitu dengan melatih anak melaksanakan sesuatu menggunakan kedua sisi tubuh. Hal paling sederhana yang bisa dilakukan yakni dengan menggambar atau mewarnai menggunakan tangan yang biasa digunakan dalam acara sehari-hari. Misalnya, buah hati kita biasa menggunakan tangan kanan ketika melaksanakan acara sehari-hari (menulis, sikat gigi, makan, dll). Maka kita ajari mereka menggunakan tangan kiri ketika menggambar. Akan lebih baik lagi jikalau dalam acara sehari-hari pun mereka juga terlatih untuk menggunakan tangan yang bergantian. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk menyeimbangkan otak kanan dan kiri.

3. Memiliki tokoh yang bisa diteladani dan diidolakan

Dengan memperkenalkan banyak tokoh dunia yang telah sukses, belum dewasa menjadi tahu banyak sekali macam kepribadian dan prestasi dari orang lain. Hal ini sangat penting. Kenapa? Karena belum dewasa suka sekali menggandakan orang lain. Tokoh-tokoh ini bisa seorang pahlawan, penemu, rohaniwan, dan tokoh-tokoh lain yang bisa menjadi pola buat sang buah hati. Jangan hingga buah hati kita hanya mengidolakan tokoh-tokoh kartun atau film (seperti Tom and Jerry, Superman, Batman, dll). Hal ini memang tidak dilarang, namun akan lebih baik jikalau tokoh-tokoh tersebut yakni seseorang yang positif sehingga bisa menumbuhkan motovasi anak untuk menggandakan hal-hal yang baik di dalam diri tokoh tersbut, lalu diteladani dalam kehidupan yang nyata.

4. Meningkatkan perbedaharaan kata pada anak

Semakin tinggi perbedaharaan kata anak, maka seorang anak akan menjadi lebih mudah dalam memahami seseuatu. Misalnya pada ketika membaca. Bila buah hati kita banyak mengetahui makna kata yang ia baca di dalam sebuah artikel, maka mereka akan lebih mudah memahami isi artikel yang ia baca. Dengan mengerti isi artikel yang ia baca, maka pengetahuan si kecil pun menjadi lebih luas.

5. Melatih kemapuan mendengar anak
Secara pribadi, sebagai guru bahasa Inggris, saya sering menggunakan media audio sebagai media pembelajaran anak. Misalnya, dengan menggunakan Tape dan Laoudspeaker. Alat-alat tersebut saya gunakan ketika melatih kemampuan mendengar belum dewasa dalam berguru bahasa Inggris. Untuk melatih penglihatan, mungkin akan lebih mudah alasannya pada ketika melihat TV pun belum dewasa sudah berguru mengerti sesuatu dengan indera penglihatan. Agar telinga bisa terlatih dengan baik, alangkah lebih baik jikalau kita sering-sering mengajak anak untuk mendengarkan lagu atau dongeng lalu menanyakan hal-hal yang bekerjasama dengan lagu atau dongeng tersebut (misalnya dengan cara tebak-tebakan).

6. Menggunakan warna-warni ketika bermain dan belajar
Mengapa mainan belum dewasa berwarna-warni? Mungkin sebagian dari kita warna-warni hanya digunakan untuk menarik minat belum dewasa untuk membeli mainan yang ditawarkan. Namun bahwasanya ada fungsi lain yang lebih bermanfaat. Warna-warni yang biasa dipakai dalam mainan anak ternyata juga bisa mengaktifkan otak kanan. Makara pada ketika buah hati kita berguru menulis, menggambar, dan mewarnai, usahakan menggunakan pensil atau peralatan lain yang berwarna-warni.

7. Melatih ketelitian anak
Saat anak melihat sebuah gambar jerapah, akan lebih mudah bagi anak untuk mengatakan bahwa itu yakni seekor jerapah, daripada melihat kaki jerapah yang panjang dan meminta anak menyebutkan alasan kenapa kaki jerapah begitu panjang. Mengapa hal ini sangat penting? Karena dengan membiasakan anak untuk berguru sesuatu secara lebih mendetail atau kompleks, maka belum dewasa akan menjadi lebih termotivasi untuk “mengenal secara lebih” perihal sesuatu yang sudah mereka ketahui. Sehingga kelak setelah mereka dewasa, mereka tidak hanya tertarik untuk menggunakan sesuatu yang telah ada, namun menemukan hal-hal gres lain perihal sesuatu yang pernah ia pakai dan menciptakan sesuatu yang gres lewat sesuatu yang telah ada (semoga bahasanya bisa dipahami).

8. Memberikan liburan yang kreatif
Liburan yang kreatif tidak harus mahal, namun yang terpenting yakni sesuai dengan minat anak. Hal ini bahkan bisa dilakukan di rumah. Misalnya dengan berkebun, mendekorasi rumah, membuat kreasi pernik-pernik, dan masih banyak lagi. Bila perlu kita juga mengajak anak berlibur di luar rumah, misalnya ke daerah wisata yang memiliki permainan outbound. Anak-anak aktif biasanya akan menyukai hal ini, alasannya segala “emosi dan jiwa” mereka bisa tersalurkan dengan baik. Selain itu, dari pembinaan kakak outbound, anak akan menerima banyak pelajaran perihal arti kerjasama, toleransi, sosialisasi, dan lain-lain. Anak aktif juga harus memiliki moral dan susila yang baik kan? Selain itu diharapkan juga….

9. Jangan terlalu serius dalam mendidik
Suasana keluarga yang terlalu serius dan kaku, biasanya juga kurang mendukung kreatifitas anak untuk bisa berkembang. Gurauan dan humor-humor kecil sangatlah penting di dalam sebuah keluarga. Kita bisa mengajak buah hati kita bercanda pada saat-saat santai, membacakan dongeng humor, menceritakan pengalaman sehari-hari yang lucu, dan masih banyak lagi cara lain yang bisa membuat anak merasa rileks ketika bertemu dengan orang tuanya. Hal ini juga akan membuat anak mencicipi suka cita ketika berada di dalam rumah, sehingga belum dewasa kita pun bisa lebih ekspresif terutama yang bekerjasama dengan kreatifitas yang ia minati dan bakat yang dimiliki.

10. Melatih kemampuan otak kanan

Dengan mengajak belum dewasa bernyanyi, berpuisi, menggambar, dan banyak sekali macam kegiatan kreatif lainnya, kemapuan otak kanan akan bekerja dengan lebih optimal. Di sekolah, biasanya belum dewasa akan lebih cenderung menggunakan otak kiri, dan jikalau kemampuan otak kanan dan kiri bisa bekerja dengan baik dan seimbang, maka belum dewasa tidak hanya akan berpeluang menerima prestasi di bidang akademisa saja, melainkan bisa meraih prestasi-prestasi di bidang yang lain, misalnya kesenian.

Wassalam,

sumber: http://forum.kompas.com/keluarga/40115-menstimulasi-kreatifitas-anak-secara-kreatif.html

Kamis, 28 September 2017

Alhamdulillah Kembali Lagi Blog Tercinta Ini



Assalamulaikum sobat2 semua, tetap salam cerdas kreatif ya :)

Alhamdulillah setelah dengan aneka macam upaya dan doa yang tak kenal lelah, kesudahannya mampu kembali juga blog kami yang tercinta ini. Semoga yang telah menghack akun kami diberikan hidayahNYA, aamiin.

Mohon maaf kepada semua atas kevakuman Dunia Anak Kita, InsyaAllah mulai sekarang kita mampu mengembangkan kembali. Terima kasih supaya Yang Mahakuasa slalu melindungi dan memperlihatkan hidayahNYA kepada kita semua, amin Allahummma aamiin.


Menyikapi Anak Yang Ngambek



Assalamualaikum salam cerdas kreatif,

Sebagai orang tua, apa yang akan kita lakukan???, bila tiba-tiba anak anda ngambek gara-gara ingin mendapatkan suatu barang yang diinginkannya tidak terpenuhi. Mungkin perasaan anda tidak enak karena pasti orang akan menduga anda tidak becus mengurus anak. Daripada ribut, hasilnya Anda pun mengalah, meluluskan seruan si kecil.

Menurut psikolog anak, Dr. Seto Mulyadi, orangtua tak perlu aib bila anaknya tiba-tiba bertingkah tak menyenangkan di depan umum. Toh, orang lain pun tahu kalau ini bukan dilema orangtua, tapi dilema anak-anak. “Justru yang perlu diupayakan yakni menenangkan si anak supaya tak lebih lama mengganggu ketenangan umum. Dengan tegas, angkatlah ia dan ajak pulang. Pengalaman saya, tatap mata anak dan ajak ia pulang. Jangan tatap anak dengan kesal atau memelototinya, ia akan tahu itu dan akan makin keras mengamuk,” terang Doktor Psikologi lulusan Program Pasca Sarjana UI ini. Kata Seto, lebih baik tatap mata si anak dengan penuh kasih. Ia akan mengerti, ibu atau ayahnya tetap menyayanginya dan permintaannya mampu dibicarakan di rumah.

JADI SENJATA
Yang jelas, wajar jikalau anak kecil gampang meledak atau ngambek. Terlebih anak usia di atas 2 tahun. Saat itu ia sudah dapat mengekspresikan kemarahan, kekecewaan, atau kecemasannya. “Untuk anak yang berusia di bawah 2 tahun, sangat gampang mengalihkannya. Misalnya ketika ia ngambek, kita tunjukkan cicak di dinding. Atau tunjukkan ia gambar,” bilang Seto. Lain hal dengan anak usia 2 tahun di mana egonya mulai tumbuh. Ia ingin orang lain mengakui keberadaannya. Dengan cara diam, tak mau berpartisipasi atau berguling- guling, ia ingin orang lain mengerti akan kehadiran “aku”-nya yang baru. Ia pun sangat mementingkan diri sendiri. Apa yang diinginkannya harus dituruti segera dan ketika itu juga.
Celakanya, jikalau perilaku tak baik ini tak ditanggulangi dengan baik, maka akan terus berkembang sampai dewasa. “Itu sebabnya ngambek harus diwaspadai sebagai cikal-bakal banyak sekali tingkah negatif setelah remaja kelak. Bisa saja kalau keinginannya tak terpenuhi, lantas minggat dari rumah,” terang Seto.
Apalagi, anak mencar ilmu dari lingkungan. Ia akan mencar ilmu bagaimana lingkungan meresponnya. Kalau ia ngambek lalu orangtuanya menuruti kehendaknya, maka ngambek akan dijadikan senjata untuk menarik perhatian “kekuasaan” atau orangtua. Dan tingkat ngambeknya juga akan terus meningkat. Beda jikalau ia ngambek, masalahnya dicoba dipecahkan. Alhasil, ia tak mampu menggunakan hal itu sebagai senjata. Dengan demikian, jikalau ia menginginkan sesuatu, ia tak akan ngambek, tapi mengacu pada sistem.

UNGKAPAN PROTES
Yang biasanya terjadi, anak ngambek untuk mengungkapkan protesnya atas kesewenangan orangtua. Terutama pada keluarga yang komunikasinya kurang efektif. Entah karena ayah-ibu yang terlalu sibuk sehingga perhatian pada si kecil sangat kurang, atau karena orangtua terlalu diktatorial dan mau menang sendiri. Orangtua selalu memaksakan kehendaknya, sehingga tak pernah mendengar hati nurani anak. “Nah, anak akan merasa diperlakukan tak adil!” tukas Seto. Misalnya saja, pada ketika anak minta mainan, orangtua pribadi bilang, “Tidak! Mainan kau sudah terlalu banyak!”
Padahal mungkin saja mainan yang banyak itu dibeli atas inisiatif orangtuanya yang ketika membeli, suasana hatinya sedang senang, uang lagi banyak. Padahal, mampu saja si anak sebetulnya sedang tak butuh mainan. Nah, giliran ia memerlukan, justru orangtua berkata tidak. Anak pun merasa diperlakukan tak adil. Semuanya hanya dilihat dari sudut pandang orangtua, tak melalui suatu dialog yang demokratis. Akibatnya, anak frustrasi dan perasaan itu dilampiaskannya dengan cara ngambek.

METODE ANTI KALAH
Harus bagaimanakah kita bersikap? Yang jelas, kita mesti lebih membuka diri, sehingga anak dapat melampiaskan keinginan-keinginannya secara wajar. “Jadilah pendengar yang baik,” anjur Seto. Saat kumpul bersama keluarga, misalnya, ayah dan ibu harus mau mendengar dan mendapatkan seruan atau keluhan-keluhan anak. Jika anak minta dibelikan buku dan stiker, misalnya, tanyakan padanya, apakah itu sebuah kebutuhan atau keinginan. “Mana yang paling perlu? Buku atau stiker?” Anak pun hasilnya belajar, mana yang penting dan tidak. Kalaupun ia ingin protes, boleh-boleh saja sepanjang diwujudkan dalam bentuk kata-kata dan bukan tingkah laku ngambek atau membanting pintu.
Tak ada salahnya anak ikut tahu kondisi keuangan ayah dan ibunya sehingga ia tahu persis, orangtua belum mampu memenuhi keinginannya. “Jadi, semuanya harus melalui dialog atau komunikasi,” tandas Seto. Cara lain untuk mengendalikan anak ngambek, yakni metode “anti-kalah” atau musyawarah dalam keluarga. “Tak ada yang kalah atau menang.” Lagi-lagi, dengan cara membuka dialog. Misalnya, “Yuk, kita bicarakan hal ini di rumah. Apa yang kau mau, akan kita bicarakan dulu. Kalau memang diputuskan untuk dibeli, kita mampu kembali lagi besok.” Alhasil, titik temu yang memuaskan kedua belah pihak pun didapat. “Anak juga sekaligus mencar ilmu bahwa ia tak akan berhasil memenuhi keinginannya dengan cara ngambek,” kata Seto.

TENANG DAN KONSISTEN
Seto mengakui, memang bukan pekerjaan mudah mengajak bicara anak kecil yang tengah ngadat. Ia akan melawan, bersikukuh, alias mau menang sendiri. “Makanya, hadapi ia dengan sikap tenang. Kalau kita tampak panik, malu, atau marah-marah, anak malah jadi tambah bertingkah. Tenang, senyum, dan perlihatkan kita tetap menghargainya.
Nah, biasanya ngambeknya akan sedikit lumer,” papar anggota Creative Education Foundation ini. Orangtua mampu berujar, “Ibu tahu kau kecewa, sedih. Sekarang kita pulang dulu, yuk! Nanti kita bicarakan di rumah. Ibu mau dengar apa maumu.” Lewat ucapan menyerupai itu, anak tahu, kita mengerti akan kemarahan atau kekecewaannya dan kita mampu menerimanya sebagai sesuatu yang wajar. “Anak juga akan sadar, ia boleh marah tapi cara marahnya harus baik. Tidak dengan berguling-guling di depan umum. Dari situ ia akan merasa dihargai,” lanjut anggota World Council for Gifted & Talented Children ini. Di sisi lain, anak juga menjadi paham, ayah atau ibunya sudah berubah. Yang biasanya marah-marah, sekarang tak begitu lagi. “Tentunya orangtua harus konsisten dengan ucapannya. Tiba di rumah, ia harus mau mendengarkan keluhan-keluhan anak dan sama-sama mencari pemecahannya,” kata Seto.

BIKIN “PERJANJIAN”
Sikap pasif orangtua ketika anaknya ngambek dengan cara membiarkan atau meninggalkan anak, tak terlalu disetujui pakar psikologi anak ini. “Ada kan, orangtua yang begitu. Anaknya dibiarkan dengan impian kemarahan anak akan reda dengan sendirinya. Padahal, justru sikap menyerupai itu mampu membuat anak makin kecewa dan frustrasi. Bisa saja ngambeknya kemudian dialihkan di rumah karena dilema utamanya tak diselesaikan,” tutur anggota International Council of Psychologists ini. Padahal, tutur Seto lebih jauh, tak ada salahnya orangtua bersikap sedikit “merendah” dalam arti mau mendengarkan anak. Sebaliknya, orangtua pun harus berani mengungkapkan segala perasannya secara jujur. Kalau ingin marah, ya, kemukakan saja. Misalnya, “Ibu marah, lo, kalau kau bersikap begini. Ibu kecewa.”

Jika anak tetap sajangambek, berarti masih ada kebutuhan yang tak terpenuhi. Bisa saja orangtua belum sadar ihwal hak-hak anak. Hak untuk bermain, berpartisipasi, dan didengarkan oleh lingkungannya. “Tidak jadi robot terus!” tukas Seto. Jika ia tak mendapat hak-hak tadi, “Anak akan mengalami hambatan dalam tumbuh kembangnya,” tandas peraih penghargaan The Golden Baloon Award, New York ini.

Selain itu, Seto juga menyarankan supaya para orangtua mampu mengantisipasi peristiwa-peristiwa yang rawan konflik. Misalnya, kalau kemungkinan ia akan ngadat ketika diajak ke mal, persiapkan sebelumnya. “Mama mau ajak kau ke mal, tapi janji, hanya boleh minta satu barang saja. Kamu nanti mau minta apa? Stiker atau boneka? Pilih salah satu, tidak boleh lebih dari itu.” Nah, karena si kecil dilibatkan dalam perencanaannya, ia pun biasanya akan menepati kesepakatan karena merasa dirinya dihargai. Bisa juga ditambahkan dalam “perjanjian” itu, apa sanksinya jikalau si kecil ingkar janji. Misalnya, pada kepergian berikut, ia tak boleh ikut lagi.

HUKUMAN DAN PUJIAN
Dengan menegakkan demokrasi di rumah, anak akan terhindar dari rasa frustrasi. Sebab itulah, semenjak anak mampu diajak bicara, sebaiknya biasakan diajak bicara. Anak pun akan merasa dihargai. “Kalau ia biasa dihargai, dipercaya, dan egonya diakui, maka ia akan lebih percaya diri dan tidak mudah ngambek,” kata Seto. Perlukah hukuman diberlakukan dalam hal ini? “Bisa saja, tapi bukan dalam bentuk pukulan atau cubitan. Melainkan dalam bentuk tak dipenuhinya keinginan itu. Biasanya ibu senyum, kok, kali ini tidak dan mukanya datar. Itu saja bagi anak yang peka sudah berarti hukuman,” terang Seto. Namun, jangan lupa pula memberinya kebanggaan jikalau ia berkelakuan baik dan dapat menghilangkan sifat ngambeknya.

Sumber : tabloid-nakita.com

Rabu, 27 September 2017

Kapan Sih Waktu Yang Tepat Perkenalkan Gadget Smartphone Ke Anak Kita?

Assalamualaikum salam cerdas kreatif,

Kita sebagai otang bau tanah pastinya sudah tahu kalai pengaruh gadget/smartphone samgat besar pada perkembangan belum dewasa kita di zaman sekarang. Tentunya, bagi orang bau tanah yag menerapkan aturan bijak mengenalkan gadget pada anak dapat besar lengan berkuasa aktual sebagai media pembelajaran yang menyenangkan. Sedangkan di lain sisi penggunaan yang terlalu sering dan membuat anak kita ketergantungan sehingga hanya menginginkan bermain dengan gadget saja, sehingga efek negatifnya akan membuatnya menjadi anak yang anti sosial, cenderung tertutup dan tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Dalam menyikapi perkembangan teknologi ketika ini termasuk gadget ada baiknya, kita sebagai otang bau tanah mengetahui waktu yang sempurna dalam sumbangan gadget pada belum dewasa kita. Kapan??? .... Dalam sumbangan gadget dapat diadaptasi dengan perkembangan usia anak kuta, musalnya pada usia 5 tahun anak dapat diperkenalkan warna, bentuk dan juga suara.Tentu saja pada usia ini juga anda harus bisa membatasinya pemakaian gadget sehingga fungsinya tetap dapat membantu orang bau tanah untuk mengedukasi anaknya.

Selain itu pertimbangan selanjutnya pada usia 5 tahun perkembangan otak anak sudah optimal apabila diberikan rangsangan sensorik secara eksklusif berbeda dengan anak di bawah usia 5 tahun yang diberi gadget akan berdampak berkelanjutan apalagi kalau tidak didampingi oleh orang bau tanah ... sehingga akan berdampak pada kurangnya interaksi dengan lingkungannya.

Pada otak bab depan memiliki fungsi untuk menawarkan perintah untuk menggerakkan anggota badan sedangkan pada bab belakang terdapat penggagas sehingga apabila dapat merangsang hormon endorfin yaitu sentra kesenangan dan kenyamanan maka akan membuat anak kecanduan bermain dengan gadget yang berkala semenjak awal perkembangan belum dewasa kita.

Nah bagi orang bau tanah yang yang mempunyai anak berusia kurang dari 2 tahun disarankan tidak mengenalkan terlebih dahulu permainan dari jenis layar monitor menyerupai laptop, komputer tablet atau PC. Hal sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh The American Acedemy of Pediatrics yang dapat dijadikan acuan  bahwa idealnya anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya terbebas dengan permainan yang melibatkan layar monitor. Dikarenakan dampak yang negatif dari sumbangan gadget yaitu kondisi kesehatan mata selain itu  radiasi dari beberapa ponsel atau tablet PC akan mengganggu perkembangan otak anak anda.

Selain memperkenalkan gadget, terkadang orang bau tanah juga bertanya tanya-tanya loh ... kapan sih waktu yang sempurna untuk menawarkan kepemilikan gadget pada anak?. Pemberian hak untuk memiliki gadget pribadi pada anak harus anda pertimbangkan usia anak anda.

Dari hasil penelitian yang dilansir dalam situs Cashinyourgadgets.co.uk menemukan ... bahwa:  13% orang bau tanah menawarkan gadget pada anak berusia 10 tahun sedangkan persentase terbanyak yaitu pada usia 13 tahun ke atas sekitar 45%. Hal ini dapat menjadi pola pada orang bau tanah bahwa sumbangan kepemilikan gadget sebaiknya tidak terburu-buru akan tetapi pertimbangkan kesiapan anak anda untuk mengikuti aturan main dalam penggunaan gadget tersebut.

Terhadap anak yang sudah diperkenalkan dan memiliki gadget sebaiknya memiliki batasan waktu dalam menggunakan gadget. Buatlah aturan hanya menggunakan gadget tidak lebih dari dua jam dalam satu hari untuk anak usia 5 tahun. Berikan pengertian dan juga pengawasan dalam penggunaan gadget apalagi pada usia anak anda 5 tahun. Setelah usia anak anda pra bakir balig cukup akal anda dapat menawarkan pengawasan seminggu sekali dan menawarkan pengertian ancaman dari penggunaan gadget yang berlebihan yang mengakibatkannya terasing dengan lingkungan sosialnya.

Semoga bermanfaat yaa :)

Daru banyak sekali sumber