Jumat, 20 Januari 2017
Waspadai Segera Lingkungan Kita dari Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD)
Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif
Seiring tingginya curah hujan, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever kini pun mewabah di seluruh Indonesia. Untuk itu kita harus antisipasi, waspada, serta bergerak cepat, mengingat gelaja DBD sekarang ini bukan hanya sekadar demam dan bintik merah di kulit semata.
Apa itu Demam Berdarah?
Demam berdarah ialah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Demam Berdarah (Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus) dan dapat menyebabkan KEMATIAN.
Di mana Nyamuk Demam Berdarah Berkembang Biak?
Di tempat-tempat penampungan air bersih di dalam rumah maupun di sekitar lingkungan kita, ibarat : kolam mandi/WC, tempayan, drum, daerah minum burung, vas bunga/pot tanaman air, kaleng bekas, ban bekas, botol, tempurung kelapa, plastik yang dibuang di sembarang tempat, talang air yang rusak dan susukan air hujan yang tidak lancar, pagar atau belahan bambu yang berlubang, dsb.
Apa tanda/gejalanya?
* Mendadak panas tinggi selama 2 hingga 7 hari.
* Tampak lemah dan lesu.
* Timbul bintik-bintik merah pada kulit.
* Sering terasa nyeri di ulu hati.
* Kadang-kadang terjadi perdarahan di hidung (mimisan) dan di bawah kulit.
* Kadang terjadi muntah atau berak darah.
* Bila sudah parah, penderita gelisah, tangan dan kaki hirau taacuh serta berkeringat. Bila tidak segera ditolong dapat menjadikan kematian.
Apa yang harus dilakukan?
1. Jika ada gejala tersebut di atas, maka :
* Beri minum sebanyak mungkin.
* Kompres biar panasnya turun.
* Berikan obat penurun panas, misalnya Paracetamol.
* Segera bawa ke Poliklinik, Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat!
2. Berantas jentik dan hindari gigitan nyamuk Demam Berdarah dengan cara 3M Plus yaitu :
* Menguras tempat-tempat penampungan air (bak mandi/WC, tempayan, bejana , vas bunga , dsb) seminggu sekali.
* Menutup rapat semua daerah penampungan air ibarat ember, gentong dan drum.
* Mengubur barang-barang bekas yang ada di sekitar atau di luar rumah yang dapat menampung air hujan ibarat kaleng bekas, botol, plastik dan tempurung kelapa.
* Menaburkan bubuk abate atau altosid 2-3 bulan sekali di daerah air yang sulit dikuras atau daerah sulit air.
* Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk.
* Cegah gigitan nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk, memakai obat repelant, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi dsb.
Segera Periksa ke Dokter
Belum ada vaksin untuk pencegahan penyakit DBD dan belum ada obat-obatan khusus untuk penyembuhannya, dengan demikian pengendalian DBD tergantung pada pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Program pemberantasan penyakit DBD umumya belum berhasil, karena masih tergantung pada penyemprotan insektisida (pengendalian kimiawi) untuk membunuh nyamuk dewasa.
Tindakan pencegahan dan pemberantasan akan lebih lestari bila dilakukan dengan pemberantasan sumber larva. Perlindungan diri juga dapat kita lakukan dengan mengenakan pakaian pelindung, obat nyamuk, tirai dan kelambu. Pengendalian biologis dapat dilakukan dengan memelihara ikan pada daerah penampungan air.
Sedangkan pengendalian kimia ibarat penaburan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air cukup efektif. Sementara untuk pengasapan (fogging), menurut Depkes RI gres dapat direkomendasikan bila telah memasuki keadaan genting selama terjadinya wabah atau KLB DBD.
Pengobatan yang dapat kita lakukan terhadap penderita DBD ialah membawanya ke dokter atau rumah sakit terdekat. Hal ini diharapkan untuk mencegah terjadinya stress berat yang dapat terjadi secara cepat dan dapat berakibat fatal, terutama pada anak.
Jika terjadi kejadian yang luar biasa segera laporkan di bawah ini
HOTLINE :
# PHONE : (021) 526-5043 / 521-0411
# FAX : (021) 527-1111 / 521-0395
# EMAIL : info@ppk-depkes.org
# SMS GATEWAY : 0813-8590-4444
Semoga bermanfaat ... wassalam
Intisari sumber: http://www.ppk-depkes.org.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar