Minggu, 20 November 2016

Lengketnya Tradisi Dodol Idulfitri Betawi

Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif


Lebaran sebentar lagi dan " sruk ... sruk ..." sudah mulai terdengar riuh di wilayah Rawa Belong, Jakarta Barat. Suara-suara itu berasal dari bunyi kayu yang menggerus 'kenceng'. 'Kenceng' ini bukan berarti cepat atau nyaring lo, tapi kenceng yang dimaksud ialah wajan besar yang terbuat dari tembaga berwarna kemerahan Saking besarnya, beratnya mampu hingga 30 kilogram,..pfiiuh!




Yup, suara-suara yang terdengar tadi memang sudah menjadi tradisi di kampung-kampung Betawi di Jakarta semenjak dulu. Suara itu mengambarkan kesibukan warga yang sedang membuat dodol. Ya, dodol Betawi memang sudah menjadi hidangan istimewa di kampung Betawi dikala Lebaran. Kenapa istimewa?, alasannya ialah orang Betawi hanya membuat dodol dikala Idulfitri dan hajatan ijab kabul saja.


Rasa dodol Betawi ini, manis, gurih dan yang khasnya yaitu lengket ... hihihi. Manisnya dodol ini alasannya ialah dibuat dari gula merah, gurih alasannya ialah diberi santan dan lengketnya alasannya ialah dari ketan, komplit kan! Dan dodol Betawi ini mampu abadi selama satu bulan lo, walau tanpa pengawet! ... andal yaa dan cobain lo ... bila pak Bondan bilang ... maknyuuuss!!!


Semoga manis dan lengketnya dodol Betawi ini akan mampu membuat manisnya tali silaturahmi menjadi lebih erat, amin


Wassalam,
ilustrasi gambar : Google

0 komentar:

Posting Komentar