Apa yang kita torehkan, mirip itu pula anak terbentuk. Berikut puisi anak yang mampu dijadikan renungan mendalam bagi orang renta :
Puisi Anak I
Dari Lingkungan Hidupnya Anak-anak Belajar , Dorothy Law Nolte
Jika anak dibesarkan dengan celaan
Ia berguru memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan
Ia berguru menentang
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan
Ia berguru rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi
Ia berguru jadi penyabar
Jika anak dibesarkan dengan dorongan
Ia berguru percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian
Ia berguru menghargai
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan
Ia akan terbiasa berpendirian
Dalam puisi anak tersebut, betapa mendidik anak bukanlah peran mudah. Orang renta dituntut untuk berguru terus menerus dalam hal ini.
Meski tidak ada satu carapun yang mengantarkan kita menjadi ibu yang sempurna, namun ada sejuta cara untuk menimbulkan kita ibu yang baik. Salah satu cara dengan memahami dunia anak, mirip yang tertuang pada puisi berikut:
Puisi Anak II
DI TANGAN ANAK-ANAK , Sapardi Djoko Damono
Di tangan anak-anak,
kertas berubah menjadi perahu Sinbad yang tak takluk pada gelombang,
berubah menjadi burung .
yang jeritnya membukakan kelopak-kelopak bunga di hutan;
di verbal anak-anak, kata berubah menjadi Kitab Suci.
Tuan, jangan kauganggu permainanku ini.
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak, 1982.
Begitulah Sapardi memaknai masa anak adala masa bermain. Segalanya menjadi indah, tanpa ingin ada yang mengusiknya. Adapun Gibran, lebih memilih wujud cinta orang renta kepada anaknya, dalam menuliskan puisi anaknya.
Puisi Anak III
Tanya Sang Anak , Khalil Gibran
Konon pada suatu desa terpencil
Terdapat sebuah keluarga
Terdiri dari sang ayah dan ibu
Serta seorang anak gadis muda dan naif!
Pada suatu hari sang anak bertanya pada sang ibu!
Ibu! Mengapa saya dilahirkan wanita?
Sang ibu menjawab,Karena ibu lebih berpengaruh dari ayah!
Sang anak melamun dan berkata,Kenapa jadi begitu?
Sang anak pun bertanya kepada sang ayah!
Ayah! Kenapa ibu lebih berpengaruh dari ayah?
Ayah pun menjawab,Karena ibumu seorang wanita!!!
Sang anak kembali terdiam.
Dan sang anak pun kembali bertanya!
Ayah! Apakah saya lebih berpengaruh dari ayah?
Dan sang ayah pun kembali menjawab,Iya, kau yaitu yang terkuat!
Sang anak kembali melamun dan sesekali mengerut dahinya.
Dan beliau pun kembali melontarkan pertanyaan yang lain.
Ayah! Apakah saya lebih berpengaruh dari ibu?
Ayah kembali menjawab,Iya kaulah yang terhebat dan terkuat!
Kenapa ayah, kenapa saya yang terkuat?
Sang anak pun kembali melontarkan pertanyaan.
Sang ayah pun menjawab dengan perlahan dan penuh kelembutan.
Karena engkau yaitu buah dari cintanya!
Cinta yang dapat membuat semua insan tertunduk dan terdiam.
Cinta yang dapat membuat semua insan buta, tuli serta bisu!
Dan kau yaitu segalanya buat kami.
Kebahagiaanmu yaitu kebahagiaan kami.
Tawamu yaitu tawa kami.
Tangismu yaitu air mata kami.
Dan cintamu yaitu cinta kami.
Dan sang anak pun kembali bertanya!
Apa itu Cinta, Ayah?
Apa itu cinta, Ibu?
Sang ayah dan ibu pun tersenyum!
Dan mereka pun menjawab,Kau, kau yaitu cinta kami sayang..
, Khalil Gibran
sumber: http://www.anneahira.com/
0 komentar:
Posting Komentar