Titi , 24, sedang hamil sembilan bulan. Vaksin tetanus memberi perlindungan penting untuknya dan sang bayi. |
Oleh Jennifer Butterfield 20 November, 2008 Kepahiang, Bengkulu - Di balkon puskesmas yang teduh, Titi, 24, diantara ibu-ibu dan bayi-bayi mereka sedang menunggu. Dia sedang hamil sembilan bulan, anak keduanya dan baju batik hampir sesak dengan perutnya. Walaupun hari masih pagi, puskesmas sudah penuh dengan para ibu menunggu nama mereka dipanggil. Seperti para ibu yang lain, Titi datang untuk mendapatkan vaksin tetanus gratis untuk melindungi dirinya dan bayi yang dikandungnya dari kemungkinan terinfeksi penyakit yang mematikan.
Pemotongan tali pusar yang beresiko
Tetanus disebabkan oleh basil yang masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang kemudian menyerang sistem syaraf pusat. Penderita mengalami kejang otot serta diikuti kesulitan menelan dan bahkan bernafas.
Tetanus khususnya berisiko pada bayi-bayi yang dilahirkan dengan dukungan dukun bayi di rumah dengan peralatan yang tidak steril; mereka juga beresiko saat alat-alat yang tidak bersih digunakan untuk memotong tali pusar dan olesan-olesan tradisional atau bubuk digunakan untuk menutup luka bekas potongan.
Tetapi para ibu yang sudah mendapatkan vaksin selama masa kehamilan, mereka sudah memperlihatkan perlindungan untuk bayinya yang tentu saja akan mengurangi resiko terkena tetanus. Perlindungan tersebut cukup untuk selama dua bulan dimana bayi akan mendapat imunisasi kombinasi untuk mencegah difteri, batuk dan tetanus sebagai adegan dari agenda rutin imunisasi pemerintah.
Mengingat pentingnya perlindungan yang bias diberikan oleh vaksinasi, UNICEF dan pemerintah telah berhubungan untuk menjalankan agenda vaksinasi di 27 kabupaten di 13 provinsi dimana tingkat vaksinasi masih sangat rendah. Di kabupaten Kepahiang, data dari pemerintah menunjukkan hanya 3 dari 10 ibu hamil yang pernah mendapatkan 2 dosis vaksin tetanus selama masa kehamilan mereka – jumlah minimum yang diharapkan untuk melindungi mereka dan bayinya.
Namun di tempat-tempat imunisasi di Kepahiang, UNICEF dan dinas kesehatan mencoba untuk meningkatkan cakupan imunisasi menjadi 100 persen dengan memperlihatkan tetanus gratis pada setiap perempuan berusia 15 dan 39 tahun. Titi sedang berada pada tahun-tahun yang penting untuk anak-anaknya dan perempuan menyerupai dialah yang paling membutuhkan vaksin.
Tetanus disebabkan oleh basil yang masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang kemudian menyerang sistem syaraf pusat. Penderita mengalami kejang otot serta diikuti kesulitan menelan dan bahkan bernafas.
Tetanus khususnya berisiko pada bayi-bayi yang dilahirkan dengan dukungan dukun bayi di rumah dengan peralatan yang tidak steril; mereka juga beresiko saat alat-alat yang tidak bersih digunakan untuk memotong tali pusar dan olesan-olesan tradisional atau bubuk digunakan untuk menutup luka bekas potongan.
Tetapi para ibu yang sudah mendapatkan vaksin selama masa kehamilan, mereka sudah memperlihatkan perlindungan untuk bayinya yang tentu saja akan mengurangi resiko terkena tetanus. Perlindungan tersebut cukup untuk selama dua bulan dimana bayi akan mendapat imunisasi kombinasi untuk mencegah difteri, batuk dan tetanus sebagai adegan dari agenda rutin imunisasi pemerintah.
Mengingat pentingnya perlindungan yang bias diberikan oleh vaksinasi, UNICEF dan pemerintah telah berhubungan untuk menjalankan agenda vaksinasi di 27 kabupaten di 13 provinsi dimana tingkat vaksinasi masih sangat rendah. Di kabupaten Kepahiang, data dari pemerintah menunjukkan hanya 3 dari 10 ibu hamil yang pernah mendapatkan 2 dosis vaksin tetanus selama masa kehamilan mereka – jumlah minimum yang diharapkan untuk melindungi mereka dan bayinya.
Namun di tempat-tempat imunisasi di Kepahiang, UNICEF dan dinas kesehatan mencoba untuk meningkatkan cakupan imunisasi menjadi 100 persen dengan memperlihatkan tetanus gratis pada setiap perempuan berusia 15 dan 39 tahun. Titi sedang berada pada tahun-tahun yang penting untuk anak-anaknya dan perempuan menyerupai dialah yang paling membutuhkan vaksin.
© UNICEF Indonesia/2008/Edy Purnomo |
Cukup dua suntikan ibu akan terlindungi selama 3 tahun dan untuk hari-hari pertama sang bayi |
Menjangkau mereka yang paling beresiko
Dia berencana untuk melahirkan anaknya dirumah, dengan dukungan dukun bayi di desa. Anak pertamanya juga dilahirkan dirumah tapi akan ada perbedaan yang besar; beliau waktu itu tidak mendapat vaksin tetanus. Untung saja, anak laki-lakinya tidak sakit walaupun waktu itu dukun bayi menggunakan gunting biasa untuk memotong tali pusar bayinya, namun sekarang Titi tidak mau mengambil resiko.
“Saya mendengar ada imunisasi gratis dari teman-teman saya itu sebabnya saya datang kesini. Saya pikir apapun yang membuat saya dan anak saya menjadi lebih sehat yaitu hal yang baik.”
“Saya tidak mendapatkan vaksinasi untuk kehamilan pertama saya karena saya tidak tahu bahwa itu penting, tetapi sekarang, saya tahu bahwa tetanus berbahaya jadi saya senang mampu mendapatkan vaksinasi.”
Program imunisasi juga disertai dengan kampanye kesadaran masyarakat mengenai pentingnya vaksin tetanus dan resiko-resiko yang dihadapi oleh bayi-bayi jikalau mereka tidak mendapatkannya. Pesan-pesan ini terang berdampak di
Kepahiang, dimana para ibu berduyun-duyun datang ke puskesmas untuk mendapatkan vaksin tetanus, bahkan rela untuk menunggu lebih dari satu jam untuk mendapat suntikan.
Petugas kesehatan menyerupai Srimulyanti, bidan di desa kecil Tangsi Duren, sudah menjadi tokoh yang penting dalam meyakinkan dan mendorong ibu-ibu yang masih belum yakin untuk datang dan mendapatkan vaksinasi.
“Ketika saya membantu proses kelahiran saya memastikan bahwa lingkungan serta bersih, namun itu semua belum cukup. Jika ibu-ibu mendapatkan vaksinasi, ini akan menurunkan resiko terkena tetanus jadi saya pun harus ikut mendorong ibu-ibu untuk datang ke sini dan mendapatkan vaksinasi.”
“Saya bilang kepada ibu-ibu: Perempuan memiliki peran yang penting di masyarakat, akan tetapi anda harus menjaga kesehatan anda sendiri sebelum menjaga kesehatan orang lain.”
Dengan bekerja melindungi setiap perempuan dari ancaman tetanus, UNICEF tidak hanya menolong para ibu masa depan untuk menjaga kesehatan mereka sendiri tetapi juga bayi-bayi yang belum mereka lahirkan juga.
smbr:unicef.orgDia berencana untuk melahirkan anaknya dirumah, dengan dukungan dukun bayi di desa. Anak pertamanya juga dilahirkan dirumah tapi akan ada perbedaan yang besar; beliau waktu itu tidak mendapat vaksin tetanus. Untung saja, anak laki-lakinya tidak sakit walaupun waktu itu dukun bayi menggunakan gunting biasa untuk memotong tali pusar bayinya, namun sekarang Titi tidak mau mengambil resiko.
“Saya mendengar ada imunisasi gratis dari teman-teman saya itu sebabnya saya datang kesini. Saya pikir apapun yang membuat saya dan anak saya menjadi lebih sehat yaitu hal yang baik.”
“Saya tidak mendapatkan vaksinasi untuk kehamilan pertama saya karena saya tidak tahu bahwa itu penting, tetapi sekarang, saya tahu bahwa tetanus berbahaya jadi saya senang mampu mendapatkan vaksinasi.”
Program imunisasi juga disertai dengan kampanye kesadaran masyarakat mengenai pentingnya vaksin tetanus dan resiko-resiko yang dihadapi oleh bayi-bayi jikalau mereka tidak mendapatkannya. Pesan-pesan ini terang berdampak di
Kepahiang, dimana para ibu berduyun-duyun datang ke puskesmas untuk mendapatkan vaksin tetanus, bahkan rela untuk menunggu lebih dari satu jam untuk mendapat suntikan.
Petugas kesehatan menyerupai Srimulyanti, bidan di desa kecil Tangsi Duren, sudah menjadi tokoh yang penting dalam meyakinkan dan mendorong ibu-ibu yang masih belum yakin untuk datang dan mendapatkan vaksinasi.
“Ketika saya membantu proses kelahiran saya memastikan bahwa lingkungan serta bersih, namun itu semua belum cukup. Jika ibu-ibu mendapatkan vaksinasi, ini akan menurunkan resiko terkena tetanus jadi saya pun harus ikut mendorong ibu-ibu untuk datang ke sini dan mendapatkan vaksinasi.”
“Saya bilang kepada ibu-ibu: Perempuan memiliki peran yang penting di masyarakat, akan tetapi anda harus menjaga kesehatan anda sendiri sebelum menjaga kesehatan orang lain.”
Dengan bekerja melindungi setiap perempuan dari ancaman tetanus, UNICEF tidak hanya menolong para ibu masa depan untuk menjaga kesehatan mereka sendiri tetapi juga bayi-bayi yang belum mereka lahirkan juga.
dranak.com
0 komentar:
Posting Komentar