Sabtu, 11 November 2017

Terapi untuk Anak Korban Kekerasan Seksual



Dokter Anak


KOMPAS.com - Segala bentuk kekerasan berakibat buruk, baik fisik maupun psikis. Bahkan, kalau tidak segera ditangani, perkembangan dan pertumbuhan anak akan terganggu.

Kekerasan seksual yang dialami belum dewasa tidak selalu menyebabkan dampak langsung. Hal ini alasannya ialah pemahaman seorang anak pada peristiwa yang dialaminya berbeda-beda. Pada anak usia remaja, mereka eksklusif mengerti peristiwa kekerasan seksual akan merusak hidupnya sehingga reaksi mereka akan eksklusif terlihat.

Menurut psikiatri anak dr.Tjhin Wiguna Sp.A, meski tidak eksklusif terlihat dampaknya, tapi anak membutuhkan pendampingan dan harus terus dipantau kondisinya.

"Dokter atau psikiater akan melaksanakan assesment, apakah ada persoalan emosi atau perilaku pasca peristiwa tersebut. Kalau belum ada, tetap dipantau alasannya ialah mereka beresiko tinggi mengalami gangguan perilaku," katanya dikala dihubungi KompasHealth (16/4/14).

Anak-anak ialah korban yang harus mendapat perhatian dan dukungan dari orang di sekitarnya supaya luka fisik serta stress berat psikisnya mampu disembuhkan.

Terapi untuk anak yang menjadi korban, terang Tjhin, bermacam-macam. Untuk anak yang masih kecil biasanya dilakukan terapi bermain. "Misalnya anak diajak menggambar untuk membantu anak mengekspresikan perasaannya," katanya.

Selain itu mampu juga dilakukan terapi kognitif dan banyak sekali terapi lain sesuai kondisi anak. "Tujuan awalnya ialah menjalin emosi dengan anak sehingga anak tetap mampu mengekspresikan perasaannya meski tidak selalu lewat kata-kata," ujarnya.

Orangtua mampu mencari perlindungan untuk terapi anak ke psikolog atau psikiater untuk memulihkan luka batin anak. Di RSCM Jakarta antara lain juga terdapat klinik pemulihan stres pasca trauma, poliklinik jiwa anak dan remaja, atau sentra krisis terpadu yang terdapat di RS Polri Jakarta dan juga RSCM.

 
dranak.com

0 komentar:

Posting Komentar