Selasa, 14 November 2017

Gejala Kejang Demam Pada Anak

dr anak.com  



Gejala Kejang  Demam Pada Anak




Pada ketika kejang dimulai, badan anak Anda tiba-tiba kaku dan bola matanya berputar ke belakang. Tak lama kemudian beliau kehilangan kesadaran. Tubuh, tangan dan kaki kemudian mengejang (kelojotan) dengan kepala terdongak. Kulit anak menjadi gelap, mungkin kebiruan. Napasnya tidak beraturan. Kondisi ini biasanya tidak berlangsung lama. Dalam beberapa detik hingga menit anak Anda akan berangsur-angsur kembali menerima kesadaran. Anak Anda mungkin akan terlihat mengantuk untuk beberapa ketika sebelum kembali normal. Meskipun hanya berlangsung beberapa menit, serangan kejang mungkin terasa sangat lama bagi Anda yang menyaksikan. Kejang pada belum dewasa memang selalu merupakan pengalaman menakutkan.

Penyebab


Kejang demam terjadi karena acara listrik di otak terganggu oleh demam. Kejang demam dapat merupakan tanda pertama penyakit. Sebagian besar kejang demam terjadi dalam 24 jam pertama penyakit dan tidak selalu ketika demam tertinggi. Penyakit yang dapat menjadikan kejang demam yaitu flu, pilek, nanah pendengaran dan nanah lain yang biasanya tidak serius. Namun, penyakit serius ibarat pneumonia atau meningitis juga dapat menjadi penyebabnya. Kecenderungan untuk menerima kejang demam diwariskan dalam keluarga. Risiko anak memiliki kejang demam yaitu 10-20% bila salah satu orangtuanya pernah mendapatkannya. Risiko meningkat menjadi sekitar 30% jikalau kedua orangtua dan saudara kandung pernah mendapatkannya.

Penanganan


Bila anak Anda mengalami kejang demam, lakukan beberapa hal berikut:

  • Rebahkan anak Anda di lantai atau matras yang beralas lembut. Jangan merebahkan anak di ranjang atau meja yang sempit sehingga berisiko terjatuh. Anda dapat menaruh bantal di kepalanya.
  • Jika anak mulai muntah atau mengumpulkan air liur di mulutnya, pelan-pelan miringkan tubuhnya semoga beliau tidak tersedak.
  • Longgarkan pakaian yang ketat, terutama di sekitar leher.
  • Singkirkan benda-benda berbahaya yang dapat melukai dia.
  • Jangan menahan gerakan anak Anda selama kejang.
  • Jangan menaruh benda apa pun ke dalam mulutnya. Dahulu orang biasa menempatkan batang kayu di lisan anak untuk mencegahnya menggigit lidah, tapi itu yaitu gagasan yang buruk karena berisiko merusak gigi dan cedera lisan lain.
  • Cobalah untuk tetap tenang. Kejang akan berhenti sendiri dalam beberapa menit.
  • Fokuskan perhatian Anda untuk menurunkan demamnya:
    • Bila tersedia, masukkan diazepam dalam bentuk supositoria semi padat ke dalam anus anak Anda untuk mempercepat penurunan demam.
    • Kompres kepala dan tubuhnya dengan air hangat (bukan air dingin). Air cuek atau alkohol justru akan meningkatkan demam.
    • Jangan mencoba untuk menurunkan demam anak Anda dengan menempatkannya ke ruangan dingin. Anda dapat membuka jendela, namun ruangan tidak boleh terlalu dingin.
  • Setelah kejang berakhir dan anak Anda terjaga, langkah yang paling penting yaitu mengidentifikasi penyebab demamnya. Hubungi dokter untuk mengetahui penyebabnya dan menerima saran perawatan lebih lanjut.
  • Hubungi dokter segera bila kejang berlangsung lebih dari 5 menit, terjadi lebih dari sekali di hari yang sama atau anak Anda terlihat lemah atau sakit setelah kejang berakhir.

Akankah kejang demam berulang?


Sebagian besar kejang demam tidak berulang (hanya terjadi sekali seumur hidup anak). Namun, riset menawarkan bahwa 1 dari 3 anak yang mengalami kejang demam mengalaminya untuk kedua kali. Risiko kejang demam berulang meningkat jikalau anak Anda lebih muda dari 18 bulan, jikalau ada riwayat keluarga kejang demam atau jikalau penyebabnya demam yang tidak terlalu tinggi (38,5 derajat atau kurang).

Apakah kejang dapat menjadikan kerusakan otak?


Kejang demam tidak akan menjadikan kerusakan otak. Bahkan kejang yang berlangsung satu jam atau lebih pun hampir tidak pernah menjadikan kerusakan otak. Kejang juga tidak berarti anak Anda memiliki epilepsi. Kejang epilepsi tidak disebabkan atau disertai oleh demam. Namun, kemungkinan epilepsi berkembang pada anak yang telah beberapa kali mengalami kejang demam memang sedikit lebih tinggi daripada yang tidak pernah mengalaminya. Peluang epilepsi berkembang pada anak yang pernah mengalami kejang demam yaitu 2% hingga 4%.

smbr: majalah kesehatan
salam 


 dr anak

0 komentar:

Posting Komentar