Gatal -gatal Karna Alergi pada Anak
Kasihan juga melihat bayi heboh menggaruk-garuk tubuhnya yang gatal karena alergi. Belum lagi bila menggaruknya terlalu semangat sampai kulitnya terkelupas. Menurut dr. Zakiudin Munasir, SpAK, alergi merupakan reaksi yang berlebihan atau respons yang tidak normal dari sistem kekebalan badan bayi terhadap zat-zat dari luar yang masuk ke dalam tubuhnya.
“Sehingga, ada sejumlah zat yang bergotong-royong bermanfaat untuk tubuh, menyerupai zat-zat yang terkandung di dalam makanan, oleh sistim kekebalan bayi ditolak dan dianggap sebagai ‘musuh’ bagi tubuhnya,” kata Ketua Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Alergi semenjak lahir. Dalam situs www.allergicchild.com disebutkan, reaksi alergi pada badan bayi, biasanya diakibatkan tingginya sejenis senyawa protein di dalam darah, ialah yang dikenal sebagai immunoglobulin E (IgE). Sementara semua jenis zat yang memicu timbulnya reaksi alergi, disebut alergen.
“Umumnya, reaksi alergi pada bayi tidak pribadi muncul, tapi setelah tubuhnya beberapa kali ‘mengenali’ zat-zat tertentu yang kemudian dianggap sebagai ‘musuh’. Kalau reaksi alergi pribadi timbul pada bayi yang gres lahir, artinya badan bayi sudah mengenal zat ‘musuh’ itu semenjak di dalam kandungan,” terperinci dr. Zakiudin ihwal kapan biasanya reaksi alergi muncul pada bayi. Bila bayi Anda sangat sensitif, pada usia 2-3 minggu, ia sudah mampu memperlihatkan gejala alergi.
Pada bayi, reaksi alergi biasanya muncul tanggapan zat-zat tertentu di dalam makanan, termasuk di dalam ASI atau susu formula. Gejala alergi makanan yang dialami mampu berupa eksim, gatal-gatal di kulit, atau diare. Jika dibiarkan, eksim mampu bermetamorfosis asma.
Sedangkan pada anak balita, kebanyakan reaksi alergi disebabkan oleh faktor lingkungan. Misalnya, bulu binatang, kutu, atau serbuk sari tanaman. Reaksi alergi yang terlihat berupa sesak napas atau asma.
Umumnya akan hilang. Sejalan dengan bertambahnya usia bayi dan perkembangan sistem pencernaannya, reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuhnya terhadap zat-zat yang semula dianggap alergen, secara bertahap akan menghilang. “Normalnya, reaksi alergi pada anak akan mulai menghilang pada usia 2–3 tahun,” sambung dr. Zakiudin yang juga Ketua Unit Kerja Koordinasi Alergi dan Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Alergi terhadap protein susu, biasanya hilang setelah bayi merayakan ulang tahunnya yang ke-2. Tapi, ada juga alergi yang gres hilang setelah anak berumur 5 tahun, misalnya alergi terhadap kacang-kacangan. “Pada beberapa orang, ada reaksi alergi yang tidak hilang seumur hidupnya. Contohnya, alergi terhadap makanan laut atau seafood. Khususnya, terhadap senyawa histidin yang terkandung di dalam beberapa jenis seafood,” lanjut dr. Zakiudin yang erat dipanggil dr. Zaky ini.
Penanganannya? “Ada 3 tahapan penanganan alergi pada bayi. Pertama, hindarkan alergen. Kedua, dengan obat-obatan, dan ketiga, dengan imunoterapi,” terperinci dr. Zaky. Khusus untuk penyebab bayi alergi dari makanan, ada 4 jenis makanan yang perlu diperhatikan ketika Anda hendak mengenalkan atau memberikannya kepada bayi, ialah susu sapi, telur, kacang tanah, dan makanan laut (seafood).
Alergi semenjak lahir. Dalam situs www.allergicchild.com disebutkan, reaksi alergi pada badan bayi, biasanya diakibatkan tingginya sejenis senyawa protein di dalam darah, ialah yang dikenal sebagai immunoglobulin E (IgE). Sementara semua jenis zat yang memicu timbulnya reaksi alergi, disebut alergen.
“Umumnya, reaksi alergi pada bayi tidak pribadi muncul, tapi setelah tubuhnya beberapa kali ‘mengenali’ zat-zat tertentu yang kemudian dianggap sebagai ‘musuh’. Kalau reaksi alergi pribadi timbul pada bayi yang gres lahir, artinya badan bayi sudah mengenal zat ‘musuh’ itu semenjak di dalam kandungan,” terperinci dr. Zakiudin ihwal kapan biasanya reaksi alergi muncul pada bayi. Bila bayi Anda sangat sensitif, pada usia 2-3 minggu, ia sudah mampu memperlihatkan gejala alergi.
Pada bayi, reaksi alergi biasanya muncul tanggapan zat-zat tertentu di dalam makanan, termasuk di dalam ASI atau susu formula. Gejala alergi makanan yang dialami mampu berupa eksim, gatal-gatal di kulit, atau diare. Jika dibiarkan, eksim mampu bermetamorfosis asma.
Sedangkan pada anak balita, kebanyakan reaksi alergi disebabkan oleh faktor lingkungan. Misalnya, bulu binatang, kutu, atau serbuk sari tanaman. Reaksi alergi yang terlihat berupa sesak napas atau asma.
Umumnya akan hilang. Sejalan dengan bertambahnya usia bayi dan perkembangan sistem pencernaannya, reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuhnya terhadap zat-zat yang semula dianggap alergen, secara bertahap akan menghilang. “Normalnya, reaksi alergi pada anak akan mulai menghilang pada usia 2–3 tahun,” sambung dr. Zakiudin yang juga Ketua Unit Kerja Koordinasi Alergi dan Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Alergi terhadap protein susu, biasanya hilang setelah bayi merayakan ulang tahunnya yang ke-2. Tapi, ada juga alergi yang gres hilang setelah anak berumur 5 tahun, misalnya alergi terhadap kacang-kacangan. “Pada beberapa orang, ada reaksi alergi yang tidak hilang seumur hidupnya. Contohnya, alergi terhadap makanan laut atau seafood. Khususnya, terhadap senyawa histidin yang terkandung di dalam beberapa jenis seafood,” lanjut dr. Zakiudin yang erat dipanggil dr. Zaky ini.
Penanganannya? “Ada 3 tahapan penanganan alergi pada bayi. Pertama, hindarkan alergen. Kedua, dengan obat-obatan, dan ketiga, dengan imunoterapi,” terperinci dr. Zaky. Khusus untuk penyebab bayi alergi dari makanan, ada 4 jenis makanan yang perlu diperhatikan ketika Anda hendak mengenalkan atau memberikannya kepada bayi, ialah susu sapi, telur, kacang tanah, dan makanan laut (seafood).
smbr:http://www.ayahbunda.co.id
salam
dr anak
0 komentar:
Posting Komentar