Salam cerdas kreatif,
Anak-anak usia balita memang memiliki emosi dan impian yang kuat. Mereka tidak mampu mencegah kalau mereka mencicipi dan menghendaki sesuatu, termasuk dalam menahan diri dari kecemburuan alasannya ialah harus menyebarkan perhatian dengan adiknya.
Sebagai orang bau tanah tentu kita berhak berkata" tidak" namun jangan berharap bahwa kata-kata kita tidak akan menyakiti perasaannya, kesannya izinkanlah beliau menangis dan tetaplah bersikap lembut meski tetap konsisten dengan larangan kita.
Bersikap damai dan tabah kepada anak memang menguras kesabaran dan tidak mudah. Dibutuhkan usaha ekstra bagi kita kalau kita sendiri cenderung bersikap temperamental. Salah satu cara mengatasinya kalau kita merasa emosi sudah di "ujung tanduk" maka janganlah terus menghadapi anak tapi mundurlah dulu dan mintalah orang lain (istri/suami/pengasuh) untuk menangani anak dulu hingga reda emosi kita.
Cara lain mampu juga dengan banyak menarik nafas, melaksanakan relaksasi, atau tidak bertindak atau bicara hingga mampu kuasai diri. Jika anak berada di daerah yang aman maka tinggalkanlah dulu anak sendiri untuk memberinya waktu untuk menguasai diri, anak mungkin akan terus menangis tapi tak mengapa, ini lebih baik daripada kita emosi lalu membentaknya bahkan bias hingga memukulnya, Astagfirullah, biar tidak ya !!!. Biarkan anak juga berguru menguasai emosinya, ketika reda barulah peluk ia.
Mengenai contoh pengasuhan orang bau tanah yang keras memang mampu menghipnotis contoh didik kepada anak, baik disadari atau tidak. Oleh kesannya dalam mengasuhpun kita perlu selalu instropeksi dan terus berguru bagaimana contoh pendidikan yang tepat. Jangan hingga kepahitan atau hal yang kurang baik yang pernah kita terima ketika menjadi anak akan terulang kembali.
Tentu kita mengharapkan ada perbaikan kepada generasi kita berikutnya, bukan begitu ?
Semoga bermanfaat … salam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar