Rabu, 04 Oktober 2017

Hindari Ucapan-ucapan Ini Kepada Anak-Anak KIta


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Seorang anak memiliki daya serap yang tinggi terhadap lingkungan di sekitar. Karena itu, setiap orangtua ataupun orang berilmu balig cukup akal yang berada di sekitarnya harus sangat berhati-hati dalam bersikap dan berkata-kata kepada sang buah hati.

Berikut ialah ucapan-ucapan yang sebaiknya tidak dilontarkan kepada bawah umur kita.

1) "Pergi sana! Bapak/Ibu mau sendiri!"
Kalimat semacam ini tidak jarang dilontarkan oleh orangtua yang merasa sudah keletihan sehabis pulang kerja. Namun saat kata-kata ini kerap diucapkan pada anak, si anak akan berpikir bahwa tidak ada gunanya berbicara dengan orangtuanya sebab mereka akan selalu diusir. Ucapan ini akan disimpan dalam memori si anak dan nantinya bisa ditiru olehnya saat sudah dewasa.

2) "Anak saya..."
Ketika orangtua menyebut, "Anak saya itu penakut", si anak akan menelan mentah-mentah sebutan itu tanpa bertanya apa pun. Pelabelan buruk semacam ini pada bawah umur akan melekat dalam benak mereka seumur hidup. Dan pada karenanya label tersebut perlahan-lahan akan membentuk eksklusif si anak sesuai dengan label itu.

3) "Jangan menangis"
Kata-kata ini menyerupai dengan, "Jangan cengeng" atau "Nangis melulu". Bila bawah umur dilarang untuk menangis, hal ini akan memberi kesan bahwa emosi mereka tidak benar, bahwa tidak baik untuk merasa takut atau sedih. Padahal seorang anak belum bisa mengekspresikan emosinya melalui kata-kata, sehingga mereka hanya bisa menyalurkannya dengan cara menangis.

Mungkin sebaiknya kita sebagai orangtua mengatakan bahwa kita memahami perasaan duka atau takut yang dialami si anak. Misalnya, "Ibu mengerti kau takut masuk dalam bak renang. Ibu kesepakatan tidak akan melepaskan kamu, Nak."

4) "Kenapa kau tidak bisa menyerupai saudaramu?"
Jika diperhatikan dengan baik, banyak sekali orangtua yang membanding-bandingkan anaknya entah itu dengan saudara kandung si anak itu sendiri atau juga teman-temannya. Tapi mungkin para orangtua perlu menyadari bahwa setiap anak ialah individu yang berbeda. Mereka tentunya memiliki kepribadian tersendiri. Membandingkan anak dengan orang lain berarti orangtua menginginkan si anak menjadi eksklusif yang berbeda.

Semoga bermanfaat

(Dari banyak sekali sumber)

0 komentar:

Posting Komentar