Senin, 09 Oktober 2017

10 Langkah Mengisi Ramadhan Bersama Anak

Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif

Shaum (puasa) Ramadhan yakni salah satu pilar dari Rukun Islam. Maka mendidik anak untuk berpuasa Ramadhan menjadi kewajiban keislaman yang integral bagi para orang tua.

Para teman Rasul telah mendidik putra-putri mereka yang masih kecil untuk berpuasa. Seperti yang dituturkan shahabiyah Rubayyi’ binti Mu’awwiz perihal bagaimana cara mereka mendidik belum dewasa mereka berpuasa Asyura (sebelum diwajibkan puasa Romadhon): “…dan kami melatih belum dewasa kami yang masih kecil untuk berpuasa. Kami bawa mereka ke masjid dan kami buatkan mereka mainan dari bulu. Apabila diantara mereka ada yang merengek minta makan, maka kami bujuk dengan mainan itu terus hingga tiba waktu berbuka.” (HR. Bukhari Muslim).

Dari riwayat diatas, kita dapat mengetahui bahwa para teman menunjukkan perhatian yang serius dalam melatih putra-putri mereka untuk membiasakan berpuasa. Lantas apa yang dapat kita lakukan ketika ini untuk meneladani tradisi teman tadi? Ada 10 panduan yang perlu kita perhatikan :

1. Melakukan pengkondisian menyambut Ramadhan dengan memberi bekalan pemahaman yang memadai perihal keutamaan Ramadhan. Jika pengkondisian ini dilakukan berulang-ulang semenjak sebelum Ramadhan tiba, sangat mungkin akan tumbuh niat yang besar lengan berkuasa pada anak untuk berpuasa Ramadhan.

2. Menyambut Ramadhan dengan keriangan dan keceriaan. Rasulullah telah menasehati Abdullah bin Mas’ud untuk menyambut Ramadhan dengan wajah yang berseri tidak cemberut. Jika kita perluas keceriaan tadi, dapat juga dengan cara memberi dekorasi yang khas pada kondisi rumah, sehingga anak semakin menyadari akan keistimewaan Ramadhan dibandingkan bulan lainnya. Hal ini akan menstimulus mereka untuk berpuasa. Dibuat sedemikian rupa sehingga bulan Ramadhan yakni hari-hari yang paling cantik untuk dikenang sang anak hingga mereka remaja dan dewasa. Ini tentu akan lebih mudah tercapai jikalau ada tugas serta masyarakat umum dan pemerintah dengan menghidupkan syiar-syiar Ramadhan di jalan raya, perkantoran, pabrik, media masa dan lain-lain.

3. Menata jam tidur belum dewasa sehingga akan mudah agresif ketika bangkit sahur. Waktu sahur sebaiknya diakhirkan (kira-kira satu atau setengah jam menjelang salat subuh) sebagaimana usulan Rasulullah. Hikmahnya antara lain biar setelah sahur tidak terlalu lama menunggu waktu subuh.

4. Tidak meletakkan makanan, minuman dan buah-buahan secara terbuka, sehingga akan menarik hati mereka untuk segera membatalkan puasanya. Makanan diletakkan pada kawasan yang jauh dari perhatian mereka. Hal ini juga sepatutnya diperhatikan oleh restoran dan penjaja makanan dipinggir jalan.

5. Terhadap anak yang gres berlatih puasa (belum besar lengan berkuasa dan gampang terpengaruh), sebaiknya mereka dijauhkan bermain dari belum dewasa yang malas berpuasa. Dan didekatkan dengan belum dewasa lainanya yang juga tekun berlatih. Ini perlu dilakukan biar mereka memperoleh rasa kebersamaan, bukan keterasingan alasannya puasanya.

6. Melatih berpuasa dengan bertahap dan menjanjikan hadiah sebagai rangsangan. Misalnya di awali dengan izin berbuka hingga jam 10, lalu jam 12 dan seterusnya hingga jadinya penuh hingga waktu berbuka. Hadiahnya disamping penghargaan dan kebanggaan sebagai anak yang sabar, juga dapat diberikan hadian lain yang beraspek mendidik berupa alat-alat belajar.

7. Stimulus dengan pahala dan surga dari Allah. Makara hadiah bahan diatas tak menutupi stimulus ganjaran Allah. “Jika kau berpuasa, maka kau ikut membuka pintu pahala dari Tuhan bagi orangtuamu yang telah mendidikmu untuk berpuasa”. Anak akan senang alasannya sekaligus dapat berbuat sesuatu kebaikan untuk orangtuanya.

8. Memberi alternatif pengisian waktu yang sempurna dan positif. Baik dengan istirahat tidur di siang panas, maupun dengan alternatif permainan yang mendidik untuk melupakan mereka dengan rasa haus dan lapar yang menyengat. Sebagaimana yang telah dilakukan shahabiyah di masa Rasul. Saat ini sudah ada pesantren Ramadhan untuk belum dewasa dan remaja, ini juga alternatif acara yang menyenangkan bagi mereka. Atau orangtua dapat juga bersepakat dengan anak-anaknya untuk memasang target, bahwa seusai bulan Ramadhan kemampuan mereka mengaji Al Alquran harus lancar dan lebih baik. Perhatian kepada Al Alquran memang harus lebih besar di bulan Ramadhan, alasannya Al Alquran diturunkan pertama kali pada bulan ini. Dapat pula orang renta membacakan kisah-kisah keteladanan Islami, atau mendengarkan kaset-kaset dongeng Islami.

9. Mengajak belum dewasa untuk meramaikan syiar Ramadhan, menyerupai sholat tarawih berjamaah di masjid, mengaji dan mengkaji Quran, menyimak ceramah-ceramah agama, menyuruh mereka mengantar makanan ke masjid untuk orang yang berbuka puasa, lebih menggemarkan berinfak, shadaqah dan lainnya.

10. Khusus untuk para orang tua, jikalau mereka menyepelekan pendidikan puasa Ramadhan bagi anak-anaknya, maka mereka harus siap bertanggung jawab kepada Tuhan kelak di akhirat, jikalau putra-putrinya kemudian melalaikan kewajiban puasa Ramadhan. Oleh alasannya itu mereka harus memanfaatkan semaksimal mungkin penyesuaian puasa Ramadhan bagi anak-anaknya semenjak dini.

Dengan perhatian yang intens dan cara-cara yang bijak, niscaya dapat menggugah kesadaran belum dewasa untuk berpuasa. Kesadaran itu tentu akan merupakan tabungan ibadah bagi para orang renta yang telah mendidik mereka.

Jika hal-hal di atas kita lakukan, maka Insya Tuhan keberkahan Romadhon akan turun ke setiap keluarga muslim.[] (keluarga samara)

Email dari : Prili, praktisi Mind Mapping, pemerhati Dunia Anak
Sumber : http://bisnispolitik.wordpress.com/2007/09/13/10-langkah-mengisi-ramadhan-bersama-anak/

0 komentar:

Posting Komentar