Orang bau tanah hendaknya menyadari bahwa dunia anak jauh berbeda dengan orang dewasa. Jadi, ketika menetapkan apakah perilaku anak dinilai salah atau benar, patuh atau melanggar, jangan pernah menggunakan tolok ukur orang dewasa.
Harus diakui, orang bau tanah yang habis kesabarannya sering membentak dengan kata-kata yang keras bila bawah umur menumpahkan susu di lantai, terlambat mandi, mengotori dinding dengan kaki, atau membanting pintu.
Anak-anak yang sering diberi perhatian negatif, apalagi dengan teguran keras atau bentakan, akan mudah tertekan jiwanya. Kemungkinan ia mampu berubah menjadi anak yang:
- Minder
- Bila anak selalu dicela dan dibentak, dan tak pernah mendapatkan perhatian konkret ketika ia melaksanakan kebaikan, maka ia mampu tumbuh menjadi eksklusif yang tidak percaya diri atau minder. Akan tertanam dalam jiwanya bahwa ia hanyalah anak yang selalu melaksanakan kesalahan, tidak pernah mampu berbuat kebaikan atau menyenangkan orang lain. Akibatnya, ia sering ragu-ragu atau tidak percaya diri untuk melaksanakan atau mencoba sesuatu karena takut salah. Misalnya, ia jadi tidak pede untuk mengaji atau membaca Al-Quran, gara-gara orang tuanya selalu membentaknya bila mendengar bacaannya salah.
-Cuek/ tidak peduli
- Anak yang selalu dibentak juga mampu berubah menjadi anak yang hirau taacuh dan tidak peduli. Akibat sudah terlalu sering mendapatkan bentakan, ia malah jadi apatis, tidak peduli. Ia pun sering mengabaikan hikmah orang tuanya. Mungkin ketika dibentak atau dimarahi ia terlihat membisu mendengarkan, tapi gotong royong kata-kata orang tuanya hanya ia anggap angin lalu. Masuk ke indera pendengaran kanan lalu keluar lewat indera pendengaran kiri.
- Tertutup
- Orang bau tanah yang temperamental dan suka membentak, tentu akan angker bagi anak. Ya, anak menjadi takut pada orang tuanya sendiri, sehingga ia tumbuh menjadi eksklusif yang tertutup. Ia tak pernah mau mengembangkan kisah dengan orang tuanya. Buat apa mengembangkan kalau nanti ujung-ujungnya ia akan disalahkan? Dengan demikian, komunikasi antara orang bau tanah dan anak tidak mampu berjalan lancar. Hal ini tentu berbahaya, karena bila menghadapi duduk perkara dan hanya disimpan sendiri, jiwa anak mampu sangat tertekan.
- Pemberontak/ penentang
Anak yang bersikap menentang mampu digolongkan dalam 3 tipe.
- Pertama, tipe penentang aktif.
- Mereka menjadi anak yang keras kepala, suka membantah dan membangkang apa saja kehendak orang tua. Mereka marah karena merasa tidak dihargai oleh orang tua. Untuk melawan terang tak bisa, karena ia hanya seorang anak kecil. Maka ia pun berusaha menyakiti hati orang tuanya. Ia akan senang bila melihat orang tuanya jengkel dan marah karena ulahnya. Semakin bertambah emosi orang tua, semakin senanglah ia.
- Kedua, tipe penentang dengan cara halus.
- Anak-anak ini jikalau diperintah memilih sikap diam, tapi tidak juga memenuhi perintah. Sebagaimana Abid yang disuruh mandi oleh ibunya, tapi tak juga mau beranjak dari tempatnya bermain. Saat ia ditinggalkan sendiri di kamar mandi pun, ia tidak segera mandi, malah bermain air atau kapal-kapalan.
- Ketiga, tipe selalu terlambat.
- Anak menyerupai ini gres mengerjakan suatu perintah setelah terlebih dahulu melihat orang tuanya jengkel, marah, dan mengomel atau membentak-bentak karena kemalasannya.. Misalnya Angga yang belum mau beranjak dari kawasan tidurnya bila belum dibentak atau diomeli ibunya.
- Pemarah, temperamental dan suka membentak
- Anak sering menggandakan sikap orang tuanya. Bila orang bau tanah suka marah atau 'main bentak' karena sebab-sebab sepele, maka anak pun mampu berbuat hal yang sama. Jangan heran bila anak yang diperlakukan demikian, akan berlaku menyerupai itu terhadap adiknya atau teman-temannya.
Jangan menyamakan anak dengan orang dewasa.
Semoga bermanfaat ... salam
dari sebuah milis
0 komentar:
Posting Komentar